ANALISIS KEWIRAUSAHAAN
“SARAS PILLOW”
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi nilai pada mata kuliah
Kewirausahaan yang diampu oleh Dr.
Drs. Sukirman S.Pd. SH. MM.
Disusun
Oleh:
Weni
Saraswati
201511335
Kelas 4B
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
MURIA KUDUS
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarokatuh
Segala puji dan
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala serta shalawat dan
salam kami sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. Penulis bersyukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan hidayah serta taufiq-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Kewirausahaan ini dengan baik dan tepat waktu.
Dalam
proses pembuatan makalah ini penulis mengalami beberapa hambatan, namun berkat
dukungan dari berbagai pihak baik secara materiil maupun non-materiil, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Dalam
penulisan makalah ini tentunya masih belum sempurna karena kesempurnaan hanya
dimiliki Allah SWT. Meski begitu, penulis telah berusaha menyusun makalah ini dengan
sesungguh-sungguhnya. Penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak demi perbaikan pada tugas yang selanjutnya.
Semoga
proposal ini memberikan informasi bagi pembaca, mahasiswa dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarokatuh
Kudus,
17 April 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
1.1 Latar
Belakang.........................................................................................................
1.2 Tujuan
BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................................
2.1 Wirausaha ..............................................................................................................
2.2 Jiwa Wirausaha......................................................................................................
2.3 Risiko Usaha .........................................................................................................
BAB III MATERI PRODUK................................................................................................
3.1 Jenis dan
Macam Produk........................................................................................
3.2 Peralatan
dan Perlengkapan yang Dibutuhkan.......................................................
3.3 Bahan Baku............................................................................................................
3.4 Proses
Pembuatan Bantal Hias...............................................................................
3.5 Kelebihan Bantal....................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................
4.1 Wirausaha.............................................................................................................
4.2
Jiwa Wirausaha.....................................................................................................
4.3
Risiko Usaha.........................................................................................................
BAB V PENUTUP..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
ABSTRAK
Entrepreneur
merupakan
tindakan seseorang yang berani menanggung risiko sebuah bisnis, adanya
pertumbuhan bisnis hasilnya akan meningkatkan kapitalisasi perusahaan. Jiwa
wirausaha perlu dimiliki dan dikembangkan jika ingin menjadi pelaku usaha yang
baik. Seluruh sifat-sifat belum tentu dimiliki, semakin
banyak yang dimiliki, maka semakin besar kemungkinan menjadi wirausaha yang
baik. Kebanyakan ciri jiwa wirausaha antara satu dengan yang lainnya saling
berhubungan. Wirausaha menyukai risiko ralistik karena ingin berhasil
mendapatkan kepuasan besar dalam melaksanakan tugas yang sukar tetapi realistik
dengan menerapkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki, sehingga risiko
kecil dan risiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak terdapat pada situasi
itu. Semakin bertambah besarnya perusahaan, maka bertambah banyak persoalan
yang akan dihadapi. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan menghendaki bahwa
pelaku usaha tidak takut mengambil keputusan dan bersedia menerima risiko
tertentu. Sebagian pengusaha merasa takut mengambil risiko karena ingin aman
dan mengelak kegagalan, tetapi semua tahap pekerjaan mengandung risiko, dimana
merupakan bagian dari kegiatan pelaku usaha. Wirausaha bekerja dibawah
tekanan-tekanan dan kondisi pengambilan risiko dan harus mengerti bahwa
kemungkinan gagal selalu ada.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Entrepreneur
merupakan tindakan seseorang yang berani menanggung risiko sebuah bisnis,
adanya pertumbuhan bisnis hasilnya akan meningkatkan kapitalisasi perusahaan.
Berbagai pihak menyatakan bahwa entrepeneur dihubungkan dengan inovasi karena
tindakan bisnis yang dihasilkan bisa unik dan mempunyai inovasi yang tinggi.
Inovasi tersebut akan mengandung risiko pada hasil atau pada awal memulai
bisnis.
Wirausahawan mempunyai
cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai
motivasi, panggilan jiwa, persepsi, dan emosi yang sangat terkait dengan
nilai-nilai sikap dan perilaku sebagai manusia unggul. Namun, pelaku bisnis
akan kesulitan berkelakuan sebagai wirausaha apabila pelaku bisnis tersebut
mempunyai ikatan dan kewajiban diluar pekerjaan terlalu banyak. Pada makalah
ini akan dibahas mengenai analisis kewirausahaan pada usaha bantal “Saras
Pillow”.
1.2 Tujuan
Untuk menganalisis
kewirausahaan usaha bantal Saras Pillow agar dapat diketahui
nilai wirausaha, jiwa wirausaha, dan risiko usaha yang terdapat pada usaha
bantal “Saras Pillow”.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Wirausaha
2.1.1
Pengertian
Wirausahawan
Pengertian wirausahawan (entrepreneur) diperoleh dari berbagai
buku maupun kamus, Kurotku dan Hodgetts (2001) menyatakan bahwa entrepreneur
berasal dari bahsa Perancis yaitu entreprendre yang berrti mengambil pekerjaan
(to undertake). Konsep mengenai entrepreneur adalah sebagai berikut:
The
entrepreneur is one who undertake to organize, manage, and asume the risk of a
business.
Konsep ini memberikan arti bahwa
usahawan merupakan seseorang yang bertindak membuat organisasi, mengelola dan
menentukan risiko sebuah bisnis. Berdasarkan konsep tersebut, risiko yang
terjadi dalam sebuah bisnis diambil oleh yang melakukan bisnis.
Zimmerer dan Scarborough (2005) memberikan
konsep wirausahawan sebagai berikut: An
entrepreneur is a one of creates a new business in the face of risk and
uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying
significant opportunities and assembling the necessary resources to capitalize
on them.
Konsep tersebut menceritakan bahwa
wirausahawan merupakan seseorang yang menghadapi risiko di masa mendatang dan
bertujuan untuk mendapatkan profit dengan menggunakan seluruh sumber daya yang
dimiliki sehingga mengalami peningkatan terhadap usaha.
Berdasarkan kedua konsep disebutkan
bahwa entrepeneur merupakan tindakan seseorang yang berani menanggung risiko
sebuah bisnis, adanya pertumbuhan bisnis hasilnya akan meningkatkan
kapitalisasi perusahaan. Entrepeneur mempunyai empat karakteristik yaitu:
1. Menjalankan
sebuah bisnis yang mempunyai kemungkinan menghasilkan keuntungan.
2. Berani
menanggung dan menerima risiko bisnis tersebut di masa-masa mendatang,
3. Bisnis
yang sedang ditekuni akan mempunyai kesempatan bertumbuh, dan
4. Perusahaan
akan membuat inovasi dan terjadi kapitalisasi bisnis tersebut.
Berbagai
pihak menyatakan bahwa entrepeneur dihubungkan dengan inovasi karena tindakan
bisnis yang dihasilkan bisa unik dan mempunyai inovasi yang tinggi. Inovasi
tersebut akan mengandung risiko pada hasil atau pada awal memulai bisnis.
2.1.2
Risiko
dan Karakteristik
Landau (1982) mengusulkan hubungan dari
risiko yang dibawa (risk bearing)
dengan karakteristik inovasi membuat sebuah dasar klasifikasi entrepeneur. Hubungan tersebut dapat diperhatikan
pada tabel berikut:
Tabel
Gambler
|
Entrepreneur
|
Consolidator
|
Dreamer
|
Entrepreneur
Klasifikasi Landau
High
Risk Bearing
Low
Low Innovativeness High
Gambler
merupakan entrepreneur yang mempunyai karakteristik inovasi yang rendah dan
risiko yang besar. Dreamer (pemimpi)
yaitu entrepreneur yang mempunyai karakteristik inovasi yang tinggi dan risiko
yang rendah. Consolidator adalah
entrepreneur yang mempunyai karakteristik inovasi rendah dan hanya bisa
menerima risiko rendah. Entrepreneur
adalah seseorang yag mempunyai karakterisik inovasi tinggi dan risiko yang
dihadapi atau dibawanya juga tinggi.
Terdapat 10 karakteristik dari entrepreneur menurut
Kuratko dan Hodgetts (2001), sebagau berikut:
1. Entrepreneur
adalah pelaku bukan pemikir.
2. Entrepreneur
dilahirkan, bukan dibuat atau diciptakan.
3. Entrepreneur
selalu menjadi penemu / pencipta sesuatu.
4. Entrepreneur
adalah akademisi dan tidak bisa menyesuaikan dengan masyarakat.
5.
Entrepreneur
harus memenuhi the profile.
6. Kebutuhan
entrepreneur adalah uang.
7. Kebutuhan
entrepreneur adalah keberuntungan.
8. Ketidaktahuan
adalah kebahagiaan bagi entrepreneur.
9. Entrepreneur
menginginka keberhasilan tetapi pengalaman menyatakan tingkat kegagalan cukup
tinggi.
10. Entrepreneur
adalah sangat pengambil resiko (gamblers).
Karakteristik ini sangat memberikan pandangan kepada
semua pihak bahwa entrepreneur selalu
membawa risiko da inovasi. Terdapat 11 karakteristik entrepreneur menurut Kao (1991), sebagai berikut:
1. Total
komitmen, penentu, dan melindungi.
2. Dorongan
untuk mendapatkan dan bertumbuh.
3. Orientasi
pada kesempatan dan tujuan.
4. Mempunyai
inisiatif dan tanggungjawab personal.
5. Pemecah
persoalan secara terus menerus.
6. Memiliki
realisme dan dapat bercengkerama (humor).
7. Selalu
mencari dan menggunakan umpan balik (feedback).
8. Selalu
berfokus pada internal.
9. Menghitung
dan mencari risiko.
10. Kebutuhan
yang kecil untuk status dan kekuasaan.
11. Memiliki
integritas dan reliabilitas.
Terdapat
9 karakteristik tingkah laku wirausahawan menurut Sukardi (1991), sebagai
berikut:
1. Sifat
instrumental.
2. Sifat
prestatif
3. Sifat
keluwesan bergaul
4. Sifat
kerja keras
5. Sifat
keyakinan diri
6. Sifat
pengambil risiko
7. Sifat
swakendali
8. Sifat
kemandirian
2.1.3
Mengatasi
Tekanan
Menurut
Boyd dan Gumpert (1983), sumber tekanan dapat diidentifikasi dari empat
penyebab yaitu : kesepian, terbenam dalam bisnis yang dikerjakan,
persoalan-persoalan manusia (pegawai), dan kebutuhan akan keberhasilan akan
tercapai. Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, harus dilakukan
antisipasi terhadap tekanan entrepeneur.
Kebiasaan
mengatasi tekanan dilakukan para entrepreneur
seperti melakukan meditasi, melemahkan otot dengan olahraga, mencari hiburan
dan sebagainya. Terdapat lima persoalan yag perlu dikerjakan agar tekanan
teratasi, yaitu :
1. Menciptakan
networking
Kesepian yang dihadapi dilakukan
denga menciptaknan hubungan baik dengan berbagai pihak sehingga mampu bercerita
permasalahan yag dihadapi.
2. Keluar
dari persoalan secara total
Pada saat tidak bekerja seperti hari
libur atau akhir pekan entrepreneur melepaskan
semua pekerjaan dan tidak menerima laporan sehingga kondisi tubuh dapat
menciptakan kesegaran.
3. Berkomunikasi
dengan pekerja
Entrepreneur
mau membuka pintu dan berdiskusi dengan karyawan. Hubungan baik dengan karyawan
akan membantu entrepreneur dalam
menghadapi persoalan.
4. Menciptakan
kepuasan diluar perusahaan
Entrepreneur
dapat melakukan kegiatan diluar perusahaan untuk mendapatka kepuasaan sehingga
bisnis yang dikerjakan tidak menjadi persoalan.
5. Pendelegasian
Entrepreneur
harus
bisa mendelagasikan pekerjaan kepada karyawan dan tidak dikerjakan sendiri
seluruhnya.
Seluruh uraian tersebut memberikan penjelasan tentang entrepreneur termasuk stres yang
dihadapi. Inovasi dan risiko serta keinginan berkembang merupakan karakteristik
utama dari entrepreneur.
2.2
Jiwa
Wirausaha
Pelaku
usaha merupakan individu yang berorientasi kepada tindakan dan bermotivasi
tinggi mengambil risiko dalam mengejar tujuan.
Ciri dan profil wirausaha adalah
sebagai berikut:
Ciri-ciri
|
Watak
|
Percaya
diri
|
Yakin,
tidak tergantung, individualis dan optimis.
|
Berorientasikan
pada tugas dan hasil
|
Buruh
prestasi, orientasi laba, tekun dan tabah, kerja keras dan dorongan kuat,
energik dan inisiatif.
|
Pengambil
risiko
|
Mampu
mengambil risiko dan menyukai tantangan.
|
Kepemimpinan
|
Sebagai
pemimpin, mudah bergaul, menanggapi saran dan kritik
|
Keorisinilan
|
Inovatif
dan kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba bisa, dan banyak tahu.
|
Berorientasi
ke masa depan
|
Pandangan
ke depan, perseptif.
|
sumber : East West
Center, Honolou. 1977 dalam Meredith, GG. et al.
Untuk menjadi pelaku
usaha yang baik, jiwa tersebut perlu dimiliki dan dikembangkan. Seluruh
sifat-sifat belum tentu dimiliki, semakin banyak yang dimiliki, maka semakin
besar kemungkinan menjadi wirausaha yang baik. Kebanyakan ciri jiwa wirausaha
antara satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Contoh, individu mempunyai
keyakinan untuk menerima tanggungjawab atas perbuatan-perbuatan, bersedia
mengambil risiko dan menjadi pemimpin. Terdapat wirausaha yang tidak memenuhi
kesembilan belas sifat jiwa wirausaha atau satu dari yang lain, ada yang sombong,
terlalu ideal, bersifat hangat dan bersahabat, serta ada yang menarik diri dan
pemalu. Pengukuran berdasarkan sifat pribadi dan ketrampilan, maka sebagai
kelompok pelaku usaha, para wirausaha sangat berbeda dari yang bukan wirausaha.
2.2.1
Idiologi
Wirausaha
Keberhasilan pelaku usaha tergantung pada kesediaan
untuk bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri, belajar tentang diri sendiri
untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan keinginan dalam menjalani hidup.
Tentunya kekuatan datang pada diri sendiri bukan dari orang lain. Risiko
kegagalan selalu ada, pelaku usaha mengambil risiko dengan menerima tanggung
jawab atas tidakan sendiri. Kegagalan harus diterima sebagai pengalaman belajar.
Wirausaha berhasil setelah mengalami kegagalan, berdasarkan pengalaman dari
masa lampau membatu menyalurkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai hasil-hasil
yang lebih positif, dan keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak
mengenal lelah.
Capaian tujuan yang berhubungan dengan kemampuan dan
ketrampilan. Terima diri sendiri, tekankan kekuatan-kekuatan serta kurangi
kelemahan, jujur dan agresif dalam mengejar tujuan, dipastikan mencapai hasil
yang positif. Berorientasi pada tujuan mendorong munculnya sifat muda yang
paling baik. Lakuka hal ynag pentng dnaa mampu untuk dikerjakan.
Mencapai kesempurnaan merupakan sesuatu yang ideal
dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang realistik bagi
wirausaha padaumumnya. Hasil yang diterima lebih penting dari hasil yag
sempurna. Berusaha mencapai suatu hasil yag sempurna untuk satu tujuan dalam
jangkawaktu yang terlalu lama hanya akan menghambat perkembagan dan pertumbuhan
pribadi.
2.2.2
Jati
Diri Wirausaha
Manusia merupakan individu yang unik, mempunyai
pengalaman masa lampau berbeda, hidup dalam situasi berlainan, mempunyai ikatan
dan tanggungjawab berlainan, dan mempunyai tjuan hidup berlainan. Pengalaman
seorang pelaku usaha cukup luas dan beragam serta dapat menentukan situasi
kehidupan yang sekarang. Wirausaha selalu meniru antara satu dengan lainnya,
yang tua dan identifikasi mendekati “model peranan” akan menghasilkan sikap dan
ketrampilan lebih mumpuni.
Pekerjaan, kondisi keluarga, keuangan serta
faktor-faktor lain menentukan sikap dalam melakukan usaha. Pelaku bisnis
mempunyai berbagai kewajiban dan ikatan terhadap diri sendiri dan orang lain
termasuk istri, keluarga, atasan atau karyawan, apabila ikatan dan kewajiban di
luar pekerjaan terlalu banyak, akan mengalami kesulitan berkelakuan sebagai
wirausaha. Merencanakan masa depan bersifat realistik dalam menentukan diri sendiri yag dapat
dantidak dapat diubah. Pengalaman masa lalu membantu memahami lebih baik
situasi yang ada sekarang.
Wirausaha mempunyai tujuan dan harapan tertentu,
semakin jelas tujuan semakin besar kemungkinan tercapai, dan sadar akan
cara-cara baru untuk meningkatkan produktivitas diri sendiri. Kunci utama bagi
keberhasilan adalah keterlibatan dalam pertumbuhan pribadi secara
terus-menerus.
2.2.3
Bisnis
Ditempat Kerja
Melakukan bisnis adalah suatu gaya hidup dan prinsip
tertentu untuk mempengaruhi strategi karier. Berlakulah fleksibel, imaginatif,
mampu merencanakan, mangambil risiko, mengambil keputusan dan tindakan untuk
mencapai tujuan. Bersedia bekerja dalam keadaan konflik, perubahan, dan
keragu-raguan. Bararti bahwa pelaku bisnis perlu menganalisis diri sendiri
dalam hubungan dengan lingkungan tempat bekerja.
Pelaku bisnis menyusun prioritas dalam sasaran-sasaran
karier dan hasil yang diinginkan diharapkan berkaitan dengan tujuan yang dapat
diukur dan berarti. Sasaran ini bersifat menantang, memberi motivasi kepada
pelaku usaha untuk belajar dan berkembang dalam karier. Pelaku usaha akan
belajar paling baik, jika melakukan hal-hal yang menarik minat dan mempunyai
ikatan pada tujuan tertentu, menimbang sifat-sifat pribadi sesuai dengan
kondisi pelaku usaha. Rangkaian pernyataan berikut memberi petunjuk tentang
kemampuan pelaku usaha.
Tabel
Kemampuan Wirausaha
PERNYATAAN
|
YA
|
TIDAK
|
Pekerjaan diri pelaku bisnis menghendaki
percaya pada diri sendiri.
|
||
Pelaku bisnis mempunyai motivasi diri
untuk mencapai tujuan.
|
||
Pelaku bisnis dapat bekerja dengan orang
lain.
|
||
Pelaku bisnis mengambil peran
kepemimpinan dalam suatu kelompok
|
||
Pelaku bisnis memanfaatkan kesempatan
untuk meluaskan pengetahuan dengan mengikuti kursus maupun pendidikan.
|
||
Pelaku bisnis dapat berkomunikasi baik
dengan orang lain.
|
||
Pelaku bisnis pendengar yang baik.
|
||
Prestasi pelaku bisnis menunjukkan
perkembangan secara personal dan profesional.
|
||
Pelaku bisnis memiliki citra diri yang
positif.
|
||
Tujuan yang ingin dicapai merupakan tantangan.
|
||
Pelaku bisnis mampu membuat keputusan
dengan mudah.
|
2.2.4
Sikap
Karir
Pelaku
bisnis memiliki kemampuan tertentu yang dapat diterapkan pada sejumlah karir.
Faktor-faktor berikut membantu pelaku usaha dalam mengembangkan sikap
kewirausahaan pada karir.
1. Pilih
karir yang memberikan pada pelaku usaha untuk mewujudkan diri secara kreatif
dan memungkinkan pertumbuhan pribadi maupun profesi, tidak menganggap remeh
kemampuan dan bakat diri sendiri.
2. Apabila
memulai karir, tindakan pelaku bisnis sebaiknya mencontoh usahawan yang
berhasil dalam bidang sejenis. Sekali mengerti teknik dalam mencapai sukses,
gunakan untuk mengembangkan karir sendiri. Tidak dibenarkan meniru secara
gelap, pusatkan perhatian pada aspek khusus dari pelaku usaha yang berhasil. Kembangkan
sifat positif melalui kegiatan sehari-hari.
3. Diperlakukan
pengetahuan sebanyak mungkin tentang karir yang telah dipilih. Pengetahuan
tersebut sangat membantu menjadi ahli dalam jenis pekerjaan tertentu.
4. Tingkatkan
kemampuan diri secara terus menerus, puas dengan prestasi masa lampau, pandang
ke depan untuk menciptakan tujuan baru sebagai sumber perbaikan diri.
5. Semua
selalu berubah, berrti pelaku usaha mampu melakukan berubah. Terima perubahan
dan ginakan untuk memotivasi diri dalam mencapai tujuan atau sasaran yang lebih
tinggi.
6. Berorientasikan
pada tindakan, mampu mengambil keuntungan dari peluang-peluang karir baru yang
mengantar pada kesuksesasan masa depan.
7. Memiliki
kekuatan dan kelemahan diri, dari pada menghabiskan waktu untuk menghilangkan
kelemahan, lebih baik bersandar dan gunakan kekuatan untuk mengatasi kelemahan.
Terima kelemahan dan cari sumber daya lain untuk menyeimbangkan kekurangan.
8. Susun
kegiatan menjadi rutin agar mempunyai banyak waktu untuk berwirausaha, gunakan
sedikit tenaga untuk kegiatan non-rutin menghendaki lebih banyak waktu dan
tenaga. Keteraturan dan kerutinan dalam kehidupan sehari-hari, membuat pelaku
bisnis mempunyai bayak waktu dan tenaga untuk kegiatan yang kretaif.
9. Terimalah
tanggung jawab secara pribadi untuk mensukseskan sesuatu kegiatan dari suatu
keadaan.
10. Mampu
menggabungkan sifat pribadi dari individu yang bekerja untuk diri sendiri dalam
upaya mencapai hasil maksimum. Keberhasilan akan ditentukan oleh prestasi
karyawan.
11. Mempunyai
keyakinan pada diri sendiri maupun karyawan, yakin akan kemampuan staff dan
hasil yang dicapai.
12. Penampilan
diri mempengaruhi citra diri sendiri, apabila tampil baik akan merasa baik
juga. Penampilan menentukan positif atau negatif reaksi orang lain dari diri
sendiri, pastikan penampilan menarik.
13. Mengambil
keputusan merupakan ciri utamadari pelaku usaha yang berhasil. Keputusan
diambil dengan informasi dan fakta yang terbatas, jika situasi menghendki agar
mengambil keputusan, buat keputusan dan awasi keputusan untuk diterapkan.
14. Jalani
hidup pada masa sekarang dan jangan boros waktu dengan menyesali kegagalan di
masa lampau. Pandang kedepan untuk memberikan pengalaman yang menguntungkan dan
memuaskan.
2.2.5
Sikap
Mental
Pelaku
usaha memiliki pandangan hidup sehat, merupakan individu-individu yang telah
mengembangkan cara menilai pengalaman-pengalaman secara sehat.
Berikut
saran untuk pengembangan sikap mental yang baik :
1. Pelaku
bisnis merupakan orang yang mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam
pekerjaan dan bangga akan prestasi. Tunjukkan sikap yang positif terhadap
pekerjaan karena sikap ini menentukan keberhasilan.
2. Otak
merupakan alat yang berdaya luar bias, menyediakan waktu beberapa saat setiap
hari untuk memikirkan sesuatu memungkinkan terarah pada kegiatan-kegiatan yang
berarti.
3. Sebagian
manusia membatasi pikiran pada problem dan kegiatan-kegiatan sehari-hari.
Gunakan imajinasi untuk meluaskan pikiran dan coba berpikir yang besar-besar.
Pelaku usaha yang dapat melihat image besar adalah bersifat wirausaha dan
merupakan calon pemimpin bisnsi maupun masyarakat.
4. Humor
ikut mengembangkan sikap mental yang sehat, terlalu serius dapat merugikan
pekerjaan dan tidak sehat. Menunjukkan rasa humor berpengaruh pada orang lain
dengan jalan menyebarkan optimisme dan suasana yang santai.
5. Pikiran
harus terorganisasi dengan baik dan mampu memusatkan pada berbagai
permasalahan. Mampu memindahkan perhatian dari satu permasalahan ke
permasalahan lain dengan upaya yang minim.
2.2.6
Perilaku
Positif
Perilaku
individu pada dasarnya membiarkan keadaan luar mengendalikan sika[, pelaku
usaha menggunakan sikap untuk mengendalikan keadaan. Sikap positif memudahkan
untuk memfokus pada kegiatan, kejadian dn atas hasil yang diinginkan.
Pengalaman negatif mempunyai segi yang positif. Bersikap secara positif
terhadap semua peristiwa dan mencari hikmah dari pengalaman.
Penelitian
mutakhir menunjukkan bahwa ciri pokok dari wirausaha berhasil adalah kemampuan
untuk mengambil keputusan dalam suasana stress. Mengelola dalam situasi stress
yang terus menerus menghendaki keadaan fisik dan mental baik.
2.2.7
Kebiasaan
dan Sikap
Perbuatan
baik sulit diperoleh, tetapi sekali telah diperoleh merupakan harta yang paling
utama. Eksekutif puncak telah menjadikan kebiasaan mulai bekerja pagi-pagi.
Bangun dua atau tiga jam lebih dini dari orang biasa merupakan sebuah cara
untuk menjadi lebih produktif, ini menghendaki usaha besar dan tidak
menyenangkan. Apabila pelaku usaha dapat membentuk kebiasaan selama satu bulan
setiap hari, akan menjadi kebiasaan. Menggunakan waktu dini secara produktif, membantu
jika malam sebelumnya telah memutuskan bagaimana menggunakannya. Kondisi
semacam ini akan membawa kebiasaan baik lainnya.
Setelah
satu bulan mempertahankan kebiasaan yang baru diperoleh, kemungkinan besar
bahwa kebiasaan baik tersebut memegang peranan penting dalam prestasi masa
depan. Kebiasaan baru perlu menggantikan kebiasaan lama agar ikut menunjang
keberhasilan masa depan.
2.3
Risiko
Usaha
2.3.1
Kondisi
Berisiko
Kondisi berisiko
terjadi apabila pelaku usaha supaya membuat pilihandari dua alternatif atau
lebih, yang mengakibatkan hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara
obyektif. Kondisi semacam ini mengandung potensi kegagalan dan keberhasilan.
Semakin besar kemungkinan rugi semakin besar risiko yang dihadapi. Sebagai
penentu keputusan risiko pelaku usaha harus mengambil keputusan dalam situasi
penuh ketidakpastian dengan menimbang kemungkinan sukses atau rugi. Pelaku
usaha dapat memilih alternatif yang “mengandung risiko” atau alternatif
“konservatif” tergantung dari:
- Kemampuan daya tariksetiap alternatif,
- Kesediaan menerima kerugian,
- Kemampuan menerima keberhasilan dan kegagalan,
- Kemampuan meningkatkan keberhasilan dan mengurangi kerugian.
Contoh:
Seorang karyawan mempunyai sebuah pekerjaan yang aman, dengan gaji Rp
35.000.000,- per tahun dan mendapatkan peluang utuk promosi setiap empat tahun.
Karyawan tersebut juga mendapatkan peluang untuk membeli sebuah perusahaan
dagang masa depan yang tidak pasti, namun demikian gaji pemilik perusahaan
sekarang adalah Rp 45.000.000,- per tahun. Perusahaan tersebut bisa jadi
berhasil terus, atau mungkin malah sebaliknya akan mengalami kegagalan dalam
waktu dua atau tiga tahun yang akan datang. Pilihan karyawan berada pada posisi
antara tetap tinggal pada pekerjaan yang aman sebagai karyawan dengan imbalan
keuangan dan karir yang pasti dan dapat diprediksi, atau mengambil risiko
dengan kemungkinan mendapatkan imbalan karir dan keuangan yang lebih tinggi.
Terdapat orang yang tidak suka mengambil risiko, apapun kemungkinan
keberhasilan yang akan terjadi, lebih suka pada posisi aman. Selain pada posisi
itu terdapat orang lain lebih “bersemangat”, tidak puas dengan posisi sekarang
dan mencari “peluang emas” supaya lebih cepat menjadi kaya. Orang-orang semacam
ini cenderung dipengaruhi oleh berapa besar
jumlah imbalan yang ditawarkan, tidak memperhatikan akan kesuksesan dan
belum mempertimbangkan tingkat usaha yang dikehendaki.
Faktor lain dari rancangan pelaku usaha terhadap kondisi pengambilan
risiko adalah kesediaan menerima tanggung jawab pribadi atas akibat-akibat
keputusan, baik yang menguntungkan maupun merugikan. Sedangkan bagi bukan
pelaku usaha merasa keberatan menerima tanggung jawab atas keputusan-keputusan
yang mengakibatkan kegagalan, dan menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam
kehidupan dengan perusahaan besar atau campur tangan pemerintah.
Ciri-ciri wirausaha saling berkaitan, terutama pada perilaku
pengambilan risiko, beberapa kaitan itu antara lain:
1. Pengambilan risiko berkaitan dengan
kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide
menjadi realitas.
2. Pengambilan risiko berkaitan dengan
kepercayaan pada diri sendiri. Semakin besar keyakinan pada kemampuan sendiri,
semakin besar keyakinan akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dari
keputusan-keputusan, dan semakin besar kesediaan untuk mencoba apa yang dilihat
orang lain sebagai risiko.
3. Pengetahuan realistik mengenai
kemampuan-kemampuan diri sendiri, realisme demikian membatasi kegiatan-kegiatan
pada situasi yang dapat pengaruhi hasil.
Semua perilaku
pengambilan risiko tidak sesederhan dan seobyektif apa yang digambarkan
tersebut. Terdapat unsur kegairahan seseorang wirausaha terhadap
ketidakpastian, dan ada dorongan untuk memastikan bahwa konsekuensi yang
dihadapi penuh keberhasilan.
2.3.2
Keputusan
Risiko
Pengambilan keputasan risiko merupakan masalah yang
paling utama dalam merealisasikan potensi pada diri sendiri sebagai wirausaha.
Pengalaman pengambilan risiko dalam hubungan pribadi dengan anak, isteri dan
tetangga akan membantu memperoleh pengalaman untuk menilai
kemungkinan-kemungkinan pengambilan risiko seperlunya dan mengelakkan risiko
yang kecil.
Pengambilan risiko dalam kehidupan melibatkan suatu
kesadaran akan peristiwa-peristiwa masa lalu, perhatian untuk masa depan, dan
keinginan untuk hidup di masa sekarang. Apabila tidak bersedia mengambil
risiko, maka tidak akan pernah dapat mewujudkan bakat dan kemampuan.
Pertumbuhan pribadi dan prefisional datang dari hidup dimasa sekarang dan mengambil
risiko yang perlu untuk mencapai tujuan-tujuan dimasa yang akan datang.
Selaku pelaku usaha, harus sadar bahwa pertumbuhan
datang dari pengambilan keuntungan peluang-peluang masa sekarang dalam
kehidupan pribadi maupun bisnis dan pengambilan risiko untuk mencapai tujuan.
Beberapa risiko penting adalah yang membawa belajar mengenai sesuatu yang baru
tentang diri sendiri. Situasi-situasi yang mengandung risiko pribadi harus
menantang kemampuan, jangan meremehkan nilai diri sendiri, karena dimungkinkan
mampu mencapai lebih banyak dari yang dicapai sekarang. Pengambilan risiko
merupakan bagian penting dalam pertumbuhan pribadi, dan berguna dalam
menjalankan kegiatan bisnis.
Menanggung risiko pribadi atas tindakan diri sendiri
mengurangi ketergantungan pada orang lain. Wirausaha merupakan orang yang
bertanggung jawab, karena mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk menentukan
masa depan diri sendiri. Apabila orang lain menanggung risiko atas tindakan
pribadi pelaku usaha, maka berarti peranan pribadi selaku pelaku usaha atas
masa depan diri sendiri sangat lemah.
Risiko timbul saat seseorang menerima tanggung jawab
atas keputusan dan tindakan yang dilakukan, dan atas keputusan-keputusan itulah
maka bertanggung jawab mengatasi dengan keyakinan yang lebih besar untuk
mengurangi risiko. Sulit memisahkan antara tujuan pribadi dengan tujuan bisnis
karena perusahaan merupakan bagian dari hidup, jangan mengambil risiko yang
lebih besar dari yang dapat ditanggung, hal ini merupakan peringatan karena
terdapat godaan untuk mempertaruhkan semua demi suatu gagasan.
Sebagai wirausaha jangan mengambil risiko yang tidak
diperlukan, usahakan dapat menguasai emosi dan mengambil risiko jika keuntungan
sama atau lebih besar dari risiko yang terkandung. Kegiatan utama adalah memutuskan
apakah tujuan itu cukup penting untuk dapat membenarkan risiko atau tidak.
Kondisi tertentu wirausaha menggunakan intuisi dan menialai tindakan mana saja
yang mengandung risiko. Intuisi akan menentukan sejauh mana risiko dan hasil
yang diperoleh.
2.3.3
Kembangkan
Ide
Risiko
dan kreativitas merupakan dua ciri penting wirausaha, berusaha lebih kreatif,
menjadi lebih sadar akan ide yang produktif. Apabila dapat memilih dari
sejumlah ide-ide yang baik, maka lebih siap mengambil risiko yang perlu untuk
melaksanakan ide-ide yang paling produktif.
Semua
orang bisa kreatif, jika telah mengembangkan suatu ide yang kreatif, maka
risiko tertentu akan menyertai pelaksanaan, dalam mengurangi risiko ditolaknya
suatu ide. Berikut ini saran untuk mengatasi hal tersebut:
1. Utarakan
ide kepada isteri atau teman, lebih baik jika mengutarakan ide terlebih dahulu
sebelum ditulis.menerangkan suatu ide akan mengantar kepada suatu diskusi, akan
menghasilkan suatu perbaikan. Setelah ide itu sudah menjadi pasti baru ditulis.
Masih terdapat kemungkinan terjadi perubahan sebelum mencapai bentuk akhir.
2. Pilih
tempat dan waktu untuk mengemukakan ide kepada orang lain, jangan mengusulkan
ide pada perusahaan sewaktu mengalami krisis. Organisasi berbeda dalam keadaan
stabil sebelum ide diperkenalkan. Ketepatan waktu sangat penting dalam
mengemukakan suatu ide. Pilih waktu ketika orang lain paling terbuka terhadap
sesuatu yang baru.
3. Kemukakan
ide sedikit demi sedikit, pertama jaukan konsep total, seiring berjalannya
waktu, dan semakin tertariknya orang pada ide, setelah iyu baru rinciannya
dikemukakan.
2.3.4
Tipe
Pengambil Risiko
Pengambilan
keputusan atau risiko sedikit banyak dipengaruhi oleh orang lain, pengalaman
lalu, situasi sekarang dan pengharapan-pengharapan masadepan, dalam bisnis
dibutuhkan berbagai tipe pengambilan risiko. Organisasi tingkat bawah
dibutuhkan pekerja yang trampil dalam melaksanakan pekerjaan rutin, sehingga
risikonya sedikit.
Tingkat
manajemen menengah, terdapat kemungkinan lebih banyak untuk pengambilan risiko.
Manajer tingkat lebih banyak mendapat kebebasan untuk inovasi dan membuat
perubahan kecil dalam prosedur dan fungsi-fungsi. Posisi ini dapat dianggap
sebagai pengambil risiko, tetapi dampak atas keseluruhan organisasi harus
minim. Pelaku usaha yang berada pada tingkat paling atas mempunyai kemampuan
untuk merumuskan dan menerapkan ide-ide kreatif. Mengantisipasi keberhasilan
dalam bisnis, wirausaha diharapkan mengambil risiko dalam mewujudkan ide-ide
menjadi kenyataan.
Wirausaha
dapat dikatakan “praktis”, apabila orgaisasi tumbuh berdasarkan pengendalian
dan pengarahan dari diri wirausaha sendiri. Wirausaha praktis berorientasi pada
hasil dan mempunyai keyakinan akan ide-ide sehingga mampu menerima risiko demi
terlaksananya ide, sebaliknya pelaku usaha merasa lebih praktis dalam menyadari
keterbatasan dan membatasi kegiatan sampai pada aktivitas yang mampu
dilaksanakan.
Pelaku
usaha yang kreatif dan inovatif akan mengambil risiko yang sedang, bersedia
menerima perubahan, mencoba alternatif lain dan mengembangkan inovasi untuk
barang dan jasa dalam bidang bisnis baru. Pelaku usaha semacam ini menjadi
tokoh dalam dunia bisnis, mempunyai ide dan mampu menemukan kombinasi antara
orang dan sumber daya lain untuk mewujudkan ide.
2.3.5
Delegasikan
Wewenang
Sebagai pelaku usaha, posisi pemimpin mempunyai arti
dalam mengarahkan kegiatan-kegiatan orang lain dalam mencapai tujuan
perusahaan, tetapi sebaliknya sebagai individu mempunyai kemampuan yang
terbatas, oleh karena itu membutuhkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi pada posisi yang lebih tinggi. Pemimpin organisasi diharapkan
bersedia memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk
kegiatan-kegiatan tertentu.
Mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada
orang lain mengandung risiko tertentu. Terdapat akibat-akibat negatif maupun
positif, berarti pemimpin harus menanggung akibatnya. Pelaku usaha merupakan
wirausaha yang berorientasi pada pertumbuhan harus mempunyai staf yang
berorientasikan tindakan dan mampu menerima wewenag serta tanggung jawab.
Keuntungan maksimum agar dapat diperoleh, karyawan
diberi wewenang dan kebebasan untuk melaksanakan tugas dari tanggung jawab.
Pelaku usaha memerlukan pertolongan orang lain, tetapi seoarang pemimpin tidak
mempunyai waktu untukmemonitor kegiatan secara langsung, kepercayaan kepada
staf ditunjukkan oleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada
penilaian usaha, setiap jawaban memberi petunjuk mengenai kesedian mengambil
risiko dalam mendelegasikan wewenag dan tanggung jawab kepada orang lain dalam
organisasi.
2.3.6
Melaksanakan
Perubahan
Setiap
melaksanakan kegiatan harus dapat menentukan apakah ada risiko atau tidak,
suatu risiko, kekuatan, posisi dan kewenangan akan mendapat tantangan. Jika
diketahui terdapat risiko dalam bisnis, maka dibutuhkan kemampuan untuk meniali
situasi secara realistik dan mencari pemecahan. Berani mengambil tindakan
korektif yang diperlukan, walaupun mengandung risiko tertentu.
Suatu
risiko jelas ada, maka diperlukan pengambilan keputusan atau justru tidak
penting, apabila memutuskan mengambil risiko, maka segera melaksanakan suatu
rencana pasti dan mulai mengambil tindakan. Rencana-rencana alternatif juga
dirancang, karena apabila rencana utama tidak berhasil, maka alternatif
memungkinkan eksibilitas bila permasalahan berubah.
Suatu
rencana sudah dicanagkan kemudian dilaksanakan, sehingga jika rencana
dilaksanakan maka dapat mengetahui risiko yang terkandung. Umpan balik yang
diterima tidak banya, kekurangan umpan balik menciptakan keragu-raguan, setelah
keputusan dilaksanakan, mempunyai ikatan penuh dengan keputusan sampai dengan
masalah terpecahkan. Keyakinan dalam nenangani persoalan sangat menentukan,
jika yakin serangkaian tindakan akan memecahkan persoalan, maka tindakan
tersebut menentukan hasil. Mempromosikan keputusan dan memperoleh dukungan
orang lain mempengaruhi suksesnya keputusan.
Kemampuan
mengambil risiko pelaku usaha dipengaruhi oleh:
1. Keyakinan
diri.
2. Kesediaan
untuk menggunakan kemampuan sepenuhnya untuk mengubah keadaan.
3. Kemampuan
menilai situasi risiko secara realistis dan mengubah kesempatan atau
kemungkinan.
4. Menghadapi
situasi risiko menurut tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
5. Tindakan
mengambil risiko merupakan bagian hakiki dari pelaku usaha, oleh karena itu
perlu menatapkan sasaran yang tinggi untuk diri sendiri, kemudian menggunakan
semua kemampuan dan bakat untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, semakin tinggi
tujuan, semakin besar risiko yang akan dihadapi.
2.3.7
Evaluasi
Risiko
Keberadaan
data kuantitatif sangat membantu dalam melakuakn evaluasi setiap risiko,
menetapkan tujuan-tujuan dan dimungkinkan menggeneralisasikan kemajuan secara
sistematis. Melalui data kuantitatif, mampu mengukur hasil-hasil yang dicapai
dalam hubungan dengan ide-ide yang telah digariskan.
Data
kuantitatif mendukung pengetahuan, latar belakang dan pengalaman dalam
mengambil keputusan. Lakukan evaluasi kebutuhan sendiri sebelum memutuskan
untuk mengambil risiko. Sebelum mengambil keputusan yang mengandung risiko
perlu memperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apakah
risiko sepadan dengan hasil?
2. Bagaimana
risiko dapat dikurangi atau dihindari?
3. Informasi
apa yang diperlukan sebelum risiko diambil?
4. Sumber-sumber
daya mana yang dapat membantu mengurangi risiko dan mencapai tujuan?
5. Mengapa
risiko ini penting?
6. Apa
yang menakutkan dalam mengambil risiko?
7. Apa
pelaku usaha bersedia berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan?
8. Apa
yang dapat dicapai dengan mengambil risiko?
Proses
pemeriksaan diri penting dalam mengambil risiko. Daftar pertanyaan hanya contoh
dari serangkaian pertanyaan yang harus dijawab sebelummenangggung risiko.
Mengambil risiko sebelum mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini dapat
mengakibatkan kegagalan.
2.3.8
Pengambilan
Risiko
Perilaku pengambilan risiko kewirausahaan semakin
diakui sebagai sesuatu yang penting bagi manajemen tingkat puncak. Terdapat
beberapa perusahaan memiliki keinginan untuk maju memilih laki-laki atau wanita
wirausaha yang berani mengambil risiko dan berinovasi, dari pada manajemen yang
bersifat meneruskan dari perusahaan yang sudah ada.
Pengambilan risiko merupakan gaya perilaku dengan
penuh perhitungan, merupakan suatu keterampilan yang dapat ditingkatkan.
Berikut prosedur untuk menganalisis sebuah risiko yaitu:
1. Taksiran
risiko
Pertama menaksir ada tidaknya risiko
yaitu apa terdapat potensi rugi dalam memilih sebuah alternatif. Misalnya,
dihadapkan pada kebutuhan peningkatan produksi untuk memenuhi tambahan
permintaan. Pilihannya adalah:
a. Tetap
pada tingkat permintaan sekarang
b. Membeli
peralatan lebih banyak untuk memenuhi permintaan
c. Menyewa
peralatan untuk memenuhi permintaan
d. Mensubkontrakkan
kepada produsen-produsen yang lebih kecil.
Apabila mempunyai arus kas baik,
cadangan kas kuat, atau kemudahan kredit baik, dan jika permintaan dapat
dipastikan meningkat pada waktu yang akan datang, maka di sini terdapat sedikit
risiko di dalam memutuskan salah satu dari alternatif-alternatif, meskipun
alternatif pertama akan merupakan pilihan yang tidak bijaksana untuk diambil
karena mengabaikan peluang peningkatan laba.
Keadaan lain, peningkatan permintaan
tidak dapat dipastikan. Misalnya: produk atu jasa bisa menjadi uang karena
inovasi-inovasi dari pihak pesaing, atau lebih banyak perusahaan yang masuk
dalam bidang yang sama, atau pasar sedang mendekati titik jenuh. Lebih jauh
lagi, bisnis tidak mampu menginvestasi jumlah yang dikehendaki karena tidak ada
kepastian apakah modal akan kembali. Kondisi ini terdapat berbagai derajat
risiko, dan berkaitan dengan berbagai tingat laba potensial (sukses) untuk
berbagai alternatif.
2. Tujuan
dan Sasaran
Langkah berikut adalah
mempertimbangkan kebijakan-kebijakan dan sasaran-sasaran perusahaan.
Sasaran-sasaran sebuah perusahaan dirumuskan: mencapai pertumbuhan secara
perlahan, mantap atau tidak tumbuh atau pertumbuhan dalam bidang lain. Pelaku
usaha berani memutuskan apakah risiko yang muncul itu taat azaz dengan tujuan
dan sasaran perusahaan, apabila taat azaz proses pengambilan keputusan
diteruskan dan lakukan penaksiran alternatif secara rinci.
3. Teliti
Alternatif
Contoh: pengambilan risiko tertentu
(keputusan untuk meluaskan produksi) konsisten dengan sasaran-sasaran
perusahaan, maka langkah selanjutnya mengadakan survai berbagai alternatif.
Alternatif-alternatif ditentukan secara rinci sehingga semua biaya dapat
ditelaah dengan obyektif. Sebagian besar biaya merupakan biaya finansial,
tetapi jika ditinjau memungkinkan sebaiknya memperhitungkan ‘biaya pribadi’,
sosial dan fisik. Misalnya, apakah sebuah alternatif menita usaha pribadi?
Apakah kegagalan akan menjatuhkan prestise sosial? Perlumenentukan biaya keuangan
dan biaya-biaya lain untuk setiap alternatif yang dapat dijalankan.
4. Kumpulkan
Informasi
Tahap selanjutnya mengumpulkan
informasi secara intensif sehingga penafsiran setiap kemungkinan realistik
dapat dibuat secara realistik. Ramalan pasar dibuat untuk setiap permintaaan
dalam berbagai kemungkinan kondisi yang dapat terjadi. Reaksi dari pesaing
ditaksir dan akibat dari reaksi diperhitungkan. Berbagai akibat sebaiknya
ditelusuri dengan kesimpulan-kesimpulan logis.
a. Apabila
permintaan mendekati titik kejenuhan, apakah modifikasi produk mendorong
kenaikan permintaan di pasar baru.
b. Apakah
terdapat pasar-pasar baru jika kegiatan persaingan mengurangi bagian pasar yang
sekarang?
c. Dapatkan
peralatan mesin modifikasi dengan mudah untuk membuat produk-produk lain.
d. Apakah
ada kemungkinan para pembekal dan subkontraktor menaikkan harga-harga jika
permintaan bertambah?
Laba yang diperoleh perusahaan untuk
setiap alternatif diukur atas dasar informasi pasar, ramalan-ramalan dari
permintaan masa depan, penaksiran reaksi persaingan dan berbagai ramalan lain
termasuk perilaku dari yang terlibat dalam situasi ini, seperti perusahaan jasa
keuangan atau produsen peralatan.
5. Minimkan
Risiko
Menentukan langkah berisikan
penaksiran secara realistik tentang sejauh mana dapat mempengaruhi keadaan,
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Kesadaran
yang jelas tentang kemampuan dan kekuatan perusahaan.
b. Kreativitas
dalam menentukan cara mengubah keadaan (demi keuntungan).
c. Kemampuan
merencanakan taktik dan strategi untuk mewujudkan perubahan.
d. Dorongan,
energi dan antusias untuk melaksanakan strategi.
6. Rencanakan
dan Laksanakan Alternatif
Sebuah alternatif telah dipilih,
susun sebuah rencana untuk pelaksanaan. Rencana memuat jadwal, rumusan tujuan
yang jelas, seperangkat rencana darurat untuk hasil yang akan terjadi, dan
proses umpan-balik sehingga perubahan-perubahan yang diperlukan dilaksanakan
dengan segera.
BAB
III
MATERI
PRODUK
Keindahan ruangan akan sangat
diperhatikan agar orang yang didalamya merasa tenang, nyaman, dan enak
dipandang. Keindahan ruangan dapat dimulai dari hal kecil yang sering
terlupakan, padahal hal kecil dapat menjadi sebuah kesempurnaan. Salah
satu penunjang menuju keindahan dan kesempurnaan di suatu ruangan yaitu bantal
kursi. Kegunaan bantal kursi sangat beragam, kalau untuk sofa yang memiliki
tempat duduk dan sandaran empuk, penempatan bantal kursi tentunya lebih
mengarah sebagai aksesori dan mempercantik konsep dekorasi. Lain halnya kalau
bantal kursi ditempatkan pada kursi yang alas dan sandarannya terbuat dari
kayu, bambu atau rotan, maka kehadiran bantal kursi tentu dibutuhkan untuk
menjadi sandaran punggung dan sandaran duduk. Selain untuk kebutuhan furniture,
bantal juga dapat digunakan sebagai souvenir dan gift. Misalnya bantal boneka,
bantal leher, dll.
3.1 Jenis dan
Macam Produk
Dalam usaha Saras Pillow ini memproduksi aneka bantal yang bisa digunakan sebagai keperluan souvenir, bingkisan, dan furniture. Sehingga konsumen memiliki banyak pilihan untuk memutuskan jenis bantal apa yang mereka inginkan. Macam-macam bantal yang diproduksi dalam usaha ini yaitu bantal hias, bantal kursi, bantal leher, bantal boneka, bantal foto, dan lain-lain.
Gambar Bantal Boneka
3.2 Peralatan
dan Perlengkapan yang Dibutuhkan
Berikut adalah peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan saat proses
produksi :
-
Gunting
-
Kertas pola
-
Penggaris
-
Pita ukur
-
Pensil
-
Pewarna (spidol)
-
Penghapus
-
Peralatan Jahit (mesin jahit, jarum pentul, mesin
obras, dll)
3.3 Bahan Baku
Bahan baku yang
digunakan dalam pembuatan bantal hias ini adalah:
1. Bagian dalam
bantal
Dacron, bahan ini terbuat dari serat kapas dan umumnya
digunakan untuk isian bantal hias untuk kursi.
2.
Pemilihan bahan untuk sarung bantal
Untuk pemilihan bahan sarung bantal sebenarnya banyak
kain yang bisa digunakan dan dalam pemilihan kain juga tergantung dari
permintaan pelanggan. Berikut beberapa contoh kain yang bisa digunakan dalam
pembuatan sarung bantal:
a) Kain bludru
b) Kain katun
c) Kain velboa,
sering digunakan untuk boneka-boneka pada umumnya. Bahan velboa memiliki ciri
berbulu pendek. Harga bahan ini relatif lebih murah dan pilihan warna yang
tersedia pun cukup beragam, ada warna gelap dan cerah.
d) Yelvo; bahan ini memiliki bulu yang pendek layaknya
velboa namun ketika disentuh oleh tangan
terasa lebih lembut di bandingkan
velboa. Harga ini cenderung sangat mahal katrena produk
impor. Bahan ini juga mempunyai tingkat elastisitas yang tinggi (lebih melar). Hal itu
mengakibatkan tidak semua penjahit
dapat menjahit bahan ini.
3.4
Proses Pembuatan
Bantal Hias
1. Pembuatan
pola sesuai design bantal yang diinginkan. Biasanya bentuk dan ukurannya
menyesuaikan permintaan pelanggan.
2. Pemotongan
bahan, memotong bahan mengikuti dengan pola yang telah dibuat.
3. Proses
penjahitan pola. Tujuan dalam proses ini adalah untuk menyatukan
potongan-potongan kain dengan menjahit dengan mesin jahit.
4. Pengisian
dacron. Dalam proses penjahitan tidak semua dijahit hal ini dikarenakan
nantinya bantal akan dimasukkan isi dalam. Isi dalam yang digunakan yaitu
dacron. Pengisian pun tidak dilakukan sampai padat namun secukupnya tanpa harus
mengurangi keindahan bentuk.
5. Penambahan
hiasan pada bantal. Penambahan hiasan dilakukan untuk menambah keindahan bantal
tersebut.
3.5
Kelebihan
Bantal
Kelebihan bantal dalam usaha bantal ini yaitu:
1. Bantal
dibuat dengan penuh ketelitian sehingga bantal terlihat lebih rapi dan awet.
2. Banyak
pilihan desain bantal hias. Sehingga pelanggan dapat memilih desain bantal yang
mereka inginkan, bahkan pelanggan juga dibebaskan untuk membuat desain bantal
hias sendiri.
3. Harga yang
terjangkau, namun tetap berkualitas.
4. Selain
memiliki nilai estetika, bantal hias ini juga nyaman saat digunakan.
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1 Wirausaha
Menjadi seorang wirausaha tentunya
harus memiliki mental yang kuat dan berani menanggung risiko sebuah bisnis.
Jadi seorang wirausaha harus mempunyai karakteristik untuk bisa menjadi
entrepeneur yang berhasil. Berikut karakteristik entrepeneur yang saya terapkan
pada usaha Saras Pillow, yaitu:
1. Menjalankan
sebuah bisnis yang mempunyai kemungkinan menghasilkan keuntungan.
Sebelum menentukan usaha
apa yang harus didirikan, tentunya sudah mempertimbangkan bagaimana nantinya
usaha tersebut. Apakah usahanya akan untung maupun rugi. Disini saya mendirikan
usaha bantal hias dengan nama usaha Saras Pillow. Sebelum mendirikan usaha
tersebut, saya sudah membuat proposal usaha Saras Pillow dan sudah menentukan
laba ruginya. Jika usaha Saras Pillow ini mengalami kerugian, maka kami akan berusaha
untuk membuat usaha ini bisa bangkit kembali, misalkan dengan mengadakan diskon
5-10% untuk menarik para konsumen untuk membeli produk-produk tersebut,
sehingga nantinya jika sudah mulai banyak konsumen yang beli maka harga akan
kembali normal tetapi dengan harga yang sewajarnya.
2. Berani
menanggung dan menerima risiko bisnis tersebut di masa-masa mendatang,
Dalam menjalankan sebuah
usaha tentu tidak dapat terhindar dari risiko yang terjadi. Risiko yang mungkin
timbul pada usaha bantal ini yaitu jika ada pelanggan memesan produk yang
banyak dan harus bisa jadi dalam waktu yang relatif cepat, maka kami akan
kesulitan untuk mengatasinya dan harus mencari tenaga kerja yang bisa membuat
pesanan tersebut. Tenaga kerja sulit didapat karena belum tentu ada yang bisa
menjahit bantal dengan rapi dan sesuai dengan keinginan konsumen.
3. Bisnis
yang sedang ditekuni akan mempunyai kesempatan bertumbuh.
Begitu juga bisnis saya,
karena bisnis bantal ini mempunyai peluang untuk bertumbuh dan berkembang,
karena produk yang dijual yaitu berbagai macam bantal hias. Bantal hias ini
dapat digunakan untuk kebutuhan souvenir
dan furniture, yang bisa digunakan
untuk semua kalangan. Semua orang pasti butuh bantal, bisa untuk menghias
ruangan dan lain-lain. Sedikitnya pesaing di daerah pendirian usaha bantal
ini, juga sangat berpengaruh untuk
perkembangan usaha ini.
4. Perusahaan
akan membuat inovasi dan terjadi kapitalisasi bisnis tersebut.
Usaha Saras Pillow ini juga
melakukan inovasi pada setiap produknya, yaitu dengan mengitu selera pasar.
Pelanggan diberi kesempatan untuk mendesain sendiri bantal yang diinginkan
sehingga pelanggan tersebut dapat memiliki bantal yang berbeda dengan milik
orang lain. Semua itu dilakukan untuk bisa menguasai pasar, karena belum ada
pesaing yang menerapkan program kerja seperti pada usaha Saras Pillow ini.
Entrepreneur
harus memiliki motivasi kerja keras, mempunyai jaringan (network) inovasi dan keinginan untuk bertumbuh, serta pengambil
risiko. Kondisi ini membuat entrepreneur
mengalami tekanan (stres). Untuk itu, saya sebagai seorang entrepreneur pemilik
usaha Saras Pillow harus bisa mengatasi tekanan tersebut, yaitu dengan:
-
Berkomunikasi dengan pekerja: berhubungan
baik dengan para karyawan, tidak melakukan diskriminasi pada para karyawan,
membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi para karyawan. Hal tersebut
membuat karyawan merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk bekerja secara
produktif.
-
Keluar dari persoalan secara total: dengan
mengadakan liburan bersama para karyawan. Pada saat itu kita tidak lagi
memikirkan pekerjaan sehingga pikiran bisa menjadi fresh dan hal tersebut dapat
menciptakan semangat bekerja kembali.
-
Pendelegasian : saya akan membagi
pekerjaan kepada karyawan dan tidak mengerjakan sendiri semua pekerjaan yang
ada di Saras Pillow. Karena saya sudah membuat struktur organisasi yang dapat
menggambarkan bagian-bagian yang harus dikerjakan masing-masing karyawan.
Nilai wirausaha dapat ternilai jika sudah
memiliki dan membangun sebuah usaha, dengan begitu dapat terlihat apa-apa saja
yang dilakukan seorang wirausaha tersebut untuk menjalankan usahanya. Bisnis
Saras Pillow ini belum berdiri secara nyata, jadi nilai wirausaha saya belum
dapat dinilai secara baik.
4.2 Jiwa Wirausaha
Pelaku usaha merupakan individu yang berorientasi
kepada tindakan dan bermotivasi tinggi mengambil risiko dalam mengejar tujuan.
Pembentukan percaya diri sangat diperlukan dalam berwirausaha, untuk itu saya
harus yakin dalam menjalani usaha yang saya inginkan dan tidak terpengaruh
orang lain, berusaha bekerja secara mandiri, namun tidak bersifat egois dalam
berusaha, dan optimis usaha yang saya dirikan akan mecapai kesuksesan. Selain
percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil diperlukan untuk mendapatkan
hasil yang terbaik, jadi saya harus tekun dan tabah, bekerja keras, dan
melakukan inovasi-inovasi yang diperlukan dalam berwirausaha. Menjadi wirausaha,
saya harus mampu mengambil risiko yang mungkin terjadi dimasa depan dan
menambah relasi agar usaha yang saya dirikan bisa mencapai tujuan yang
diharapkan.
Keberhasilan pelaku usaha tergantung pada kesediaan
untuk bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri, belajar tentang diri sendiri
untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan keinginan dalam menjalani hidup. Tujuan
usaha dapat tercapai karena adanya kemampuan dan ketrampilan. Tekad saya
memilih usaha bantal hias ini karena saya sudah memiliki kemampuan dan
ketrampilan dalam menjahit yang bisa diaplikasikan pada pembuatan bantal hias
dan pernah bekerja di salah satu garment di Jawa Tengah, hal ini menjadi salah
satu kekuatan saya untuk mendirikan usaha bantal hias.
Pelaku bisnis menyusun prioritas dalam sasaran-sasaran
karier dan hasil yang diinginkan diharapkan berkaitan dengan tujuan yang dapat
diukur dan berarti. Dalam kenyataannya, saya memang belum memiliki pengalaman
dalam berwirausaha, tetapi apabila saya mendirikan usaha bantal hias Saras
Pillow, maka saya akan berusaha membangun kemampuan wirausaha untuk percaya
pada diri sendiri atas pekerjaan yang saya jalani; mempunyai motivasi diri
untuk mencapai tujuan karena motivasi sangatlah penting demi keberhasilan suatu
usaha; mengambil peran kepemimpinan pada suatu kelompok, yaitu mengarahkan dan
menggerakkan seluruh bawahan untuk bergerak pada arah yang sama yaitu tujuan
kesuksesan Saras Pillow; berkomunikasi baik dengan orang lain misalkan
pelanggan, saya akan menghormati pelanggan yang datang dan melayani apa
kebutuhan pelanggan, dan menjelaskan apa yang ditanyakan pelanggan dengan murah
hati, karena sejatinya kepuasan pelanggan adalah hal yang sangat diutamakan
pada Saras Pillow ini; menjadi pendengar yang baik, saya sebagai pemilik Saras
Pillow akan selalu setia mendengarkan keluh kesah para karyawan dan memberikan
motivasi pada karyawan agar tertanam semangat bekerja yang produktif. Pada saat
bekerja tidak harus selalu serius, terlalu serius dapat merugikan pekerjaan
bahkan tidak sehat. Pada Saras Pillow ini diterapkan kerja yang santai namun
tetap serius, jadi ada waktu untuk bercengkrama antar karyawan, humor atau
bercanda dan lain-lain. Jadi apabila terjadi kerugian usaha menjadikan saya
harus mempunyai sikap mental yang kuat, tidak boleh menyerah dan harus bangkit
kembali.
4.3 Risiko Usaha
Wirausaha
bekerja dibawah tekanan-tekanan dan kondisi pengambilan risiko dan harus
mengerti bahwa kemungkinan gagal selalu ada. Kondisi berisiko terjadi apabila
pelaku usaha supaya membuat pilihan antara dua alternatif atau lebih yang
mengakibatka hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara objektif.
Kondisi semcam ini mengandung potensi kegagalan dan keberhasilan. Apabila
terjadi kondisi semacam ini pada Saras Pillow, yang saya lakukan adalah
pertama, mendiskusikan terlebih dahulu dengan bawahan apa langkah yang
seharusnya diambil, setelah itu berani mengambil keputusan berisiko yang belum
tentu akan berhasil.
Risiko
dan kreativitas merupakan dua ciri penting wirausaha, berusaha lebih kreatif,
menjadi lebih sadar akan ide yang produktif. Apabila dapat memilih dari
sejumlah ide-ide yang baik, maka lebih siap mengambil risiko yang perlu untuk
melaksanakan ide-ide yang paling produktif. Begitu juga saya, akan memberikan
ide-ide kreatif walaupun itu sangat berisiko tinggi. Misalnya membuat desain
bantal yang unik dan belum pernah ada yang membuat seperti saya. Bisa jadi
bantal tersebut laku dipasaran atau bahkan tidak laku dipasaran yang membuat
kerugian. Namun kelebihan dari usaha bantal hias ini adalah jika barang tidak
laku maka masih bisa disimpan dan tidak akan kadaluarsa, dan yakin bahwa suatu
saat nanti pasti akan ada yang membeli walaupun harus dengan menurunkan harga.
Ide-ide kreatif ini harus selalu dikembangkan dan diwujudkan demi kemajuan
usaha, meskipun akhirnya gagal. Karena jika tidak melakukan inovasi produk,
kita tidak akan tahu apa yang dibutuhkan konsumen dan akhirnya kita akan
semakin ketinggalan lalu ujung-ujungnya pasti akan bangkrut.
Sebagai pelaku usaha, posisi pemimpin mempunyai arti dalam
mengarahkan kegiatan-kegiatan orang lain dalam mencapai tujuan perusahaan,
tetapi sebaliknya sebagai individu mempunyai kemampuan yang terbatas, oleh
karena itu membutuhkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi pada posisi
yang lebih tinggi. Pemimpin organisasi diharapkan bersedia memberikan wewenang
dan tanggung jawab kepada staf untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Begitu pula
saya sebagai pemilik Saras Pillow mebuat struktur organisasi. Penentuan jabatan
disesuaikan dengan kemampuan dan bakat individu sehingga tidak menghambat
proses kerja. Karena jika terjadi kesalahan pemberian jabatan, kinerja karyawan
tersebut tidak akan produktif.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Entrepeneur
merupakan tindakan seseorang yang berani menanggung risiko sebuah bisnis,
adanya pertumbuhan bisnis hasilnya akan meningkatkan kapitalisasi perusahaan. Entrepeneur mempunyai empat
karakteristik yaitu:
1. Menjalankan
sebuah bisnis yang mempunyai kemungkinan menghasilkan keuntungan.
2. Berani
menanggung dan menerima risiko bisnis tersebut di masa-masa mendatang,
3. Bisnis
yang sedang ditekuni akan mempunyai kesempatan bertumbuh, dan
4. Perusahaan
akan membuat inovasi dan terjadi kapitalisasi bisnis tersebut.
Untuk menjadi pelaku usaha yang baik, jiwa wirausaha perlu
dimiliki dan dikembangkan. Semakin banyak sifat yang dimiliki, maka semakin
besar kemungkinan menjadi wirausaha yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Sukirman,
2014. Kewirausahaan : Kasus dan Implementasi;
Galaksi Nusindo, Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar