Selasa, 02 Mei 2017

Analisis Kewirausahaan Hanik Rezki Fashion



ANALISA KEWIRAUSAHAAN
“HANIK REZKI FASHION”
Disusun sebagi salah satu syarat untuk memenuhi nilai pada mata kuliah Kewirausahaan
Dosen Pengampu : Dr.Drs Sukirman S.Pd. SH. MM



Disusun oleh:
Nama   : Hanik Munawaroh
Nim: 201511323
Kelas: 4A
 

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
TAHUN 2017



Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa kami telah menyelesaikan tugas mata kuliah kewirausahaan dengan membahas susunan-susunan dalam bentuk proposal yang berjudul “ JEM FOUR ”.
Dalam penyusuann proposal ini, tak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan proposal ini tidak lain berkat bantuan dorongan dan bimbingan orangtua sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada Dr.Drs Sukirman S.Pd. SH. MM yang telah memberikan tugas, petunjuk kepada kami sehingga kami bermotifasi dan menyelesaikan tugas ini.
Dalam penulisan tugas proposal ini kami masih merasa banyak kekurangan baik pada teknis maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan proposal ini. Harapan kami semoga proposal ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan fikiran bagi pihak yang membutuhkan khususnya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

                Kudus, 25 Maret 2017

                                                                                                                                    Penulisan





DAFTAR ISI
























ABSTRAK
Dalam usahawan merupakan seseorang yang bertindak membuat organisasi, mengelola dan menentukan risiko sebuah bisnis. Berdasarkan konsep tersebut, risiko yang terjadi dalam sebuah bisnis diambil oleh yang melakukan bisnis Zimmerer dan Scarborough (2005).  Konsep tersebut menceritakan bahwa wirausahawan merupakan seseorang yang menghadapi risiko di masa mendatang dan bertujuan untuk mendapatkan profit dengan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga mengalami peningkatan terhadap usaha. Landau mengusulkan hubungan dari risiko yang dibawa (risk bearing) dengan karakteristik inovasi membuat sebuah dasar klasifikasi entrepreneur (Sukirman, 1982). Berdasarkan karakteristik entrepreneur yang dikemukakan o eh ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa entrepenuer harus memiliki motivasi kerja keras, mempunyai jaringan (netwok), inovasi dan keinginan bertumbuh, serta pengambil resiko. Kondisi ini menunjukkan bahwa para entrepreneur menemui tekanan (stress) setiap inovasi yang dikerjakan. Tekanan tersebut bersumber dari berbagai kejadian, menurut Boyd dan Gumper (Sukirma, 1983) bahwa sumber tekanan pada di idenfikasi dari empat penyebab yaitu : kesepian, terbenam dalam bisnis dalam bisnis yang dikerjakan, persoalan-persoalan manusia (pegawai), dan kebutuhan akan keberhasilan atau tercapai. Sikap mental pelaku usaha memiliki pandangan hidup sehat, merupakan individu-individu yang telah mengembangkan cara menilai pengalaman-pengalaman secara sehat. Pelaku bisnis merupakan orang yang mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan prestasi. Tunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaan, karena sikap ini menentukan keberhasilan. Wirausaha menyukai resiko realistic karena ingin berhasil, mendapatkan kepuasan besar dalam melaksanakan tugas yang sukar tetapi realistic dengan menerapkan ketrampilan-ketrampilan yang dimiliki, sehingga resiko kecil dan resiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak terdapat pada situasi itu.
Semakin bertambah besarnya perusahaan pakaian yang berdiri saat ini maka betambah banyak persoalan yang akan dihadapi. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan pakaian menghendaki bahwa pelaku usaha tidak takut mengambil keputusan dan bersedia menerima resiko tertentu. Dalam perusahaan pakaian semakin zaman modern ini semakin banyak saingan untuk menjadi enterprenuer. Dengan melihat trend sekarang banyak peminat yang mengejar keinginan demi fashion yang styelesnya itu.
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Kewirausahaan (entrepreneur) adalah kempuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Sesuatu yang baru dan berdeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda. Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Bisnis penjualan sekarang ini memang semakin berkembang terutama di Indonesia, ini terbukti dengan semakin banyaknya muncul outlet dan distro yang menjual berbagai jenis pakaian. Seiring dengan perkembangan fashion pakaian ini maka persaiangan untuk memperoleh pelanggan dan keuntungan juga semakin meningkat. Banyak strategi yang dilakukan seperti pendirian cabang usaha di berbagai daerah agar pelanggan semakin mudah mendapatkan pakaian yang dicari. Kebutuhan akan sandang merupakan kebutuhan primer setiap orang. Dari tahun ke tahun peningkatan produk ini sangatlah pesat. Untuk memenuhi trend saat ini diperlukannya unit usaha yang dapat menyediakan produk pakaian tersebut. Disini saya akan menerapkan penjualan pakaian sehari-hari pria dan wanita yang berkualitas dengan harga terjangkau atau mudah dijangkau oleh masyarakat. Kebutuhan fashion pria dan wanita ini sangat banyak peminatnya di pasaran, apa lagi kalangan anak muda. Sector usaha yang bergerak di bidang pakaian sendiri memang merupakan salah satu segmen usaha yang  cukup menggiurkan, pasalnya sector usaha tersebut memang terkenal mampu menghadirkan keuntungan yang menjanjikan karena pakaian sendiri memang merupakan salah satu kebutuhan pokok lainnya yang akan selalu dibutuhkan pokok lainnya yang akan selalu dibutuhkan oleh setiap individual.
B.     Perumusan Masalah
1.      Bagaimana menyelaraskan teori Kewirausahaan dengan usaha yang sekarang dijalani (usaha kosmetik)?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui analisa dari usaha yang sedang dijalani (usaha kosmetik) dengan menganut teori Kewirausaan dengan menganilisa Wirausahawan, Jiwa Wirausaha, dan Risiko Usaha.




















BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Wirausahawan
Pengertian wirausahawan (entrepreneur) diperoleh dari berbagai buku maupun kamus, Kurotku dan Hodgetts (2001) menyatakan bahwa entrepreneur berasal dari bahsa Perancis yaitu entreprendre yang berrti mengambil pekerjaan (to undertake). Konsep mengenai entrepreneur adalah sebagai berikut:
The entrepreneur is one who undertake to organize, manage, and asume the risk of a business.
Konsep ini memberikan arti bahwa usahawan merupakan seseorang yang bertindak membuat organisasi, mengelola dan menentukan risiko sebuah bisnis. Berdasarkan konsep tersebut, risiko yang terjadi dalam sebuah bisnis diambil oleh yang melakukan bisnis.
            Zimmerer dan Scarborough (2005) memberikan konsep wirausahawan sebagai berikut: An entrepreneur is a one of creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying significant opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on them.
Konsep tersebut menceritakan bahwa wirausahawan merupakan seseorang yang menghadapi risiko di masa mendatang dan bertujuan untuk mendapatkan profit dengan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga mengalami peningkatan terhadap usaha.
Berdasarkan kedua konsep disebutkan bahwa entrepeneur merupakan tindakan seseorang yang berani menanggung risiko sebuah bisnis, adanya pertumbuhan bisnis hasilnya akan meningkatkan kapitalisasi perusahaan. Entrepeneur mempunyai empat karakteristik yaitu:
1.      Menjalankan sebuah bisnis yang mempunyai kemungkinan menghasilkan keuntungan.
2.      Berani menanggung dan menerima risiko bisnis tersebut di masa-masa mendatang,
3.      Bisnis yang sedang ditekuni akan mempunyai kesempatan bertumbuh, dan
4.      Perusahaan akan membuat inovasi dan terjadi kapitalisasi bisnis tersebut.
Berbagai pihak menyatakan bahwa entrepeneur dihubungkan dengan inovasi karena tindakan bisnis yang dihasilkan bisa unik dan mempunyai inovasi yang tinggi. Inovasi tersebut akan mengandung risiko pada hasil atau pada awal memulai bisnis.
B.     Resiko dan karakteristik
Landau (1982) mengusulkan hubungan dari risiko yang dibawa (risk bearing) dengan karakteristik inovasi membuat sebuah dasar klasifikasi entrepeneur. Hubungan tersebut dapat diperhatikan pada tabel berikut:
Tabel

Gambler

Entrepreneur

Consolidator

Dreamer
Entrepreneur Klasifikasi Landau
High
Risk Bearing
Low
           
                                                            Low     Innovativeness                        High
Gambler merupakan entrepreneur yang mempunyai karakteristik inovasi yang rendah dan risiko yang besar. Dreamer (pemimpi) yaitu entrepreneur yang mempunyai karakteristik inovasi yang tinggi dan risiko yang rendah. Consolidator adalah entrepreneur yang mempunyai karakteristik inovasi rendah dan hanya bisa menerima risiko rendah. Entrepreneur adalah seseorang yag mempunyai karakterisik inovasi tinggi dan risiko yang dihadapi atau dibawanya juga tinggi.
Terdapat 10 karakteristik dari entrepreneur menurut Kuratko dan Hodgetts (2001), sebagau berikut:
1.      Entrepreneur adalah pelaku bukan pemikir.
2.      Entrepreneur dilahirkan, bukan dibuat atau diciptakan.
3.      Entrepreneur selalu menjadi penemu / pencipta sesuatu.
4.      Entrepreneur adalah akademisi dan tidak bisa menyesuaikan dengan masyarakat.
5.      Entrepreneur harus memenuhi the profile.
6.      Kebutuhan entrepreneur adalah uang.
7.      Kebutuhan entrepreneur adalah keberuntungan.
8.      Ketidaktahuan adalah kebahagiaan bagi entrepreneur.
9.      Entrepreneur menginginka keberhasilan tetapi pengalaman menyatakan tingkat kegagalan cukup tinggi.
10.  Entrepreneur adalah sangat pengambil resiko (gambler).
Karakteristik ini sangat memberikan pandangan kepada semua pihak bahwa entrepreneur selalu membawa risiko da inovasi. Terdapat 11 karakteristik entrepreneur menurut Kao (1991), sebagai berikut:
1.      Total komitmen, penentu, dan melindungi.
2.      Dorongan untuk mendapatkan dan bertumbuh.
3.      Orientasi pada kesempatan dan tujuan.
4.      Mempunyai inisiatif dan tanggungjawab personal.
5.      Pemecah persoalan secara terus menerus.
6.      Memiliki realisme dan dapat bercengkerama (humor).
7.      Selalu mencari dan menggunakan umpan balik (feedback).
8.      Selalu berfokus pada internal.
9.      Menghitung dan mencari risiko.
10.  Kebutuhan yang kecil untuk status dan kekuasaan.
11.  Memiliki integritas dan reliabilitas.
Terdapat 9 karakteristik tingkah laku wirausahawan menurut Sukardi (1991), sebagai berikut:
1.      Sifat instrumental.
2.      Sifat prestatif
3.      Sifat keluwesan bergaul
4.      Sifat kerja keras
5.      Sifat keyakinan diri
6.      Sifat pengambil risiko
7.      Sifat swakendali
8.      Sifat kemandirian
C.    Mengatasi tekanan
Menurut Boyd dan Gumpert (1983), sumber tekanan dapat diidentifikasi dari empat penyebab yaitu : kesepian, terbenam dalam bisnis yang dikerjakan, persoalan-persoalan manusia (pegawai), dan kebutuhan akan keberhasilan akan tercapai. Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, harus dilakukan antisipasi terhadap tekanan entrepeneur. Kebiasaan mengatasi tekanan dilakukan para entrepreneur seperti melakukan meditasi, melemahkan otot dengan olahraga, mencari hiburan dan sebagainya. Terdapat lima persoalan yag perlu dikerjakan agar tekanan teratasi, yaitu :
1.        Menciptakan networking
Kesepian yang dihadapi dilakukan denga menciptaknan hubungan baik dengan berbagai pihak sehingga mampu bercerita permasalahan yag dihadapi.
2.      Keluar dari persoalan secara total
Pada saat tidak bekerja seperti hari libur atau akhir pekan entrepreneur melepaskan semua pekerjaan dan tidak menerima laporan sehingga kondisi tubuh dapat menciptakan kesegaran.
3.      Berkomunikasi dengan pekerja
Entrepreneur mau membuka pintu dan berdiskusi dengan karyawan. Hubungan baik dengan karyawan akan membantu entrepreneur dalam menghadapi persoalan.
4.      Menciptakan kepuasan diluar perusahaan
Entrepreneur dapat melakukan kegiatan diluar perusahaan untuk mendapatka kepuasaan sehingga bisnis yang dikerjakan tidak menjadi persoalan.
5.      Pendelegasian
Entrepreneur harus bisa mendelagasikan pekerjaan kepada karyawan dan tidak dikerjakan sendiri seluruhnya.
Seluruh uraian tersebut memberikan penjelasan tentang entrepreneur termasuk stres yang dihadapi. Inovasi da risiko serta keinginan berkembang merupakan karakteristik utama dari entrepreneur.








BAB III
JIWA WIRAUSAHAWAN
A.                Pendahuluan
Pelaku usaha merupakan individu yang berorientasi kepada tindakan dan bermotivasi tinggi mengambil risiko dalam mengejar tujuan.
Ciri dan profil wirausaha adalah sebagai berikut:
Ciri-ciri
Watak
Percaya diri
Yakin, tidak tergantung, individualis dan optimis.
Berorientasikan pada tugas dan hasil
Buruh prestasi, orientasi laba, tekun dan tabah, kerja keras dan dorongan kuat, energik dan inisiatif.
Pengambil risiko
Mampu mengambil risiko dan menyukai tantangan.
Kepemimpinan
Sebagai pemimpin, mudah bergaul, menanggapi saran dan kritik
Keorisinilan
Inovatif dan kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba bisa, dan banyak tahu.
Berorientasi ke masa depan
Pandangan ke depan, perseptif.
sumber : East West Center, Honolou. 1977 dalam Meredith, GG. et al.
Untuk menjadi pelaku usaha yang baik, jiwa tersebut perlu dmiliki dan dikembangkan. Seluruh sifat-sifat belum tentu dimiliki, semakin banyak yang dimiliki, maka semakin besar kemungkinan menjadi wirausaha yang baik. Kebanyakan ciri jiwa wirausaha antara satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Contoh, individu mempunyai keyakinan untuk menerima tanggungjawab atas perbuatan-perbuatan, bersedia mengambil risiko dan menjadi pemimpin. Terdapat wirausaha yang tidak memenuhi kesembilan belas sifat jiwa wirausaha atau satu dari yang lain, ada yang sombong, terlalu ideal, bersifat hangat dan bersahabat, serta ada yang menarik diri dan pemalu. Pengukuran berdasarkan sifat pribadi dan ketrampilan, maka sebagai kelompok pelaku usaha, para wirausaha sangat berbeda dari yang bukan wirausaha.



B.                 Idiologi Wirausaha
            Keberhasilan pelaku usaha tergantung pada kesediaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri, belajar tentang diri sendiri untuk mencapai tujuan yag sesuai dengan keinginan dalam menjalani hidup. Tentunya kekuatan datang pada diri sendiri bukan dari orang lain. Risiko kegagalan selalu ada, pelaku usaha mengambil risiko dengan menerima tanggung jawab atas tidakan sendiri. Kegagalan harus diterima sebgaai pengalamna belajar. Wirausaha berhasil setelah mengalami kegagalan, berdasarkan pengalaman dari masa lampau membatu menyalurkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai hasil-hasil yang lebih positif, dan keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak mengenal lelah.
            Capaian tujua yang berhubungan dengan kemampuan da ketrampilan. Terima diri sendiri, tekankan kekuatan-kekuatan serta kurangi kelemahan, jujur dan agresif dalam mengejar tujuan, dipastikan mencapai hasil yang positif. Berorientasi pada tujuan mendorong munculnya sifat muda yang paling baik. Lakuka hal ynag pentng dnaa mampu untuk dikerjakan.
            Mencapai kesempurnaan merupakan sesuatu yang ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang realistik bagi wirausaha padaumumnya. Hasil yang diterima lebih penting dari hasil yag sempurna. Berusaha mencapai suatu hasil yag sempurna untuk satu tujua dalam jangkawaktu yang terlalu lama hanya akan menghambat perkembagan dan pertumbuhan pribadi.

C.                Jati diri Wirausaha
            Manusia merupaka individu yang unik, mempunyai pengalaman masa lampau berbeda, hidup dalam situasi berlainan, mempunyai ikatan dan tanggungjawab berlainan, dan mempunyai tjuan hidup berlainan. Pengalaman seorang pelaku usaha cukup luas dan beragam serta dapat menentukan situasi kehidupan yang sekarang. Wirausaha selalu meniru antara satu dengan lainnya, yang tua dan identifikasi mendekati “model peranan” akan menghasilkan sikap dan ketrampilan lebih mumpuni.
            Pekerjaan, kondisi keluarga, keuangans erta faktor-faktor lain menentukan sikap dalam melakukan usaha. Pelaku bisnis mempunyai berbagai kewajiban dan ikatan terhadap diri sendiri dan orang lain termasuk istri, keluarga, atasan atau karyawan, apabila ikatan dan kewajiban di luar pekerjaan terlalu banyak, akan mengalami kesulitan berkelakuan sebagai wirausaha. Merencanakan masa depan bersifat realistik  dalam menentukan diri sendiri yag dapat dantidak dapat diubah. Pengalaman masa lalu membantu memahami lebih baik situasi yang ada sekarang.
            Wirausaha mempunyai tujuan dan harapan tertentu, semakin jelas tujuan semakin besar kemungkinan tercapai, dan sadar akan cara-cara baru untuk meningkatkan produktivitas diri sendiri. Kunci utama bagi keberhasilan adalah keterlibatan dalam pertumbuhan pribadi secra terus-menerus.
D.                Bisnis Ditempat Kerja
            Melakukan bisnis adalah suatu gaya hidup dan prinsip tertentu untuk mempengaruhi strategi karier. Berlakulah fleksibel, imaginatif, mampu merencanakan, mangambil risiko, mengambil keputusan dan tindakan untuk mencapai tujuan. Bersedia bekerja dalam keadaan konflik, perubahan, da keragu-raguan. Bararti bahwa pelaku bisnis perlu menganalisis diri sendiri dalam hubungan dengan lingkungan tempat bekerja.
            Pelaku bisnis menyusun prioritas dalam sasaran-sasaran karier dan hasil yang diinginkan diharapkan berkaitan dengantujuan yang dapat diukur dan berarti. Sasaran ini bersifat menantang, memberi motivasi kepada pelaku usaha untuk belajar dan berkembang dalam karier. Pelaku usaha akan belajar paling baik, jika melakukan hal-hal yang menarik minat dan mempunyai ikatan pada tujuan tertentu, menimbang sifat-sifat pribadi sesuai dengan kondisi pelaku usaha. Rangkaian pernyataan berikut memberi petunjuk tentang kemampuan pelaku usaha.

E.                 Sikap Karir
            Pelaku bisnis memiliki kemampuan tertentu yang dapat diterapkan pada sejumlah karir. Faktor-faktor berikut membantu pelaku usaha dalam mengembangkan sikap kewirausahaan pada karir.
1.                  Pilih karir yang memberikan pada pelaku usaha untuk mewujudkan diri secara kreatif dan memungkinkan pertumbuhan pribadi maupun profesi, tidak menganggap remeh kemampuan dan bakat diri sendiri.
2.                  Apabila memulai karir, tindakan pelaku bisnis sebaiknya mencontoh usahawan yang berhasil dalam bidang sejenis. Sekali mengerti teknik dalam mencapai sukses, gunakan untuk mengembangkan karir sendiri. Tidak dibenarkan meniru secara gelap, pusatkan perhatian pada aspek khusus dari pelaku usaha yang berhasil. Kembangkan sifat positif melalui kegiatan sehari-hari.
3.                  Diperlakukan pengetahuan sebanyak mungkin tentang karir yang telah dipilih. Pengetahuan tersebut sangat membantu menjadi ahli dalam jenis pekerjaan tertentu.
4.                  Tingkatkan kemampuan diri secara terus menerus, puas dengan prestasi masa lampau, pandang ke depan untuk menciptakan tujuan baru sebagai sumber perbaikan diri.
5.                  Semua selalu berubah, berrti pelaku usaha mampu melakukan berubah. Terima perubahan dan ginakan untuk memotivasi diri dalam mencapai tujuan atau sasaran yang lebih tinggi.
6.                  Berorientasikan pada tindakan, mampu mengambil keuntungan dari peluang-peluang karir baru yang mengantar pada kesuksesasan masa depan.
7.                  Memiliki kekuatan dan kelemahan diri, dari pada menghabiskan waktu untuk menghilangkan kelemahan, lebih baik bersandar dan gunakan kekuatan untuk mengatasi kelemahan. Terima kelemahan dan cari sumber daya lain untuk menyeimbangkan kekurangan.
8.                  Susun kegiatan menjadi rutin agar mempunyai banyak waktu untuk berwirausaha, gunakan sedikit tenaga untuk kegiatan non-rutin menghendaki lebih banyak waktu dan tenaga. Keteraturan dan kerutinan dalam kehidupan sehari-hari, membuat pelaku bisnis mempunyai bayak waktu dan tenaga untuk kegiatan yang kretaif.
9.      Terimalah tanggung jawab secara pribadi untuk mensukseskan sesuatu kegiatan dari suatu keadaan.
10.  Mampu menggabungkan sifat pribadi dari individu yang bekerja untuk diri sendiri dalam upaya mencapai hasil maksimum. Keberhasilan akan ditentukan oleh prestasi karyawan.
11.  Mempunyai keyakinan pada diri sendiri maupun karyawan, yakin akan kemampuan staff dan hasil yang dicapai.
12.  Penampilan diri mempengaruhi citra diri sendiri, apabila tampil baik akan merasa baik juga. Penampilan menentukan positif atau negatif reaksi orang lain dari diri sendiri, pastikan penampilan menarik.
13.  Mengambil keputusan merupakan ciri utamadari pelaku usaha yang berhasil. Keputusan diambil dengan informasi dan fakta yang terbatas, jika situasi menghendki agar mengambil keputusan, buat keputusan dan awasi keputusan untuk diterapkan.
14.  Jalani hidup pada masa sekarang dan jangan boros waktu dengan menyesali kegagalan di masa lampau. Pandang kedepan untuk memberikan pengalaman yang menguntungkan dan memuaskan.

F.     Sikap Mental
Pelaku usaha memiliki pandangan hidup sehat, merupakan individu-individu yang telah mengembangkan cara menilai pengalaman-pengalaman secara sehat.
Berikut saran untuk pengembangan sikap mental yang baik :
1.                  Pelaku bisnis merupakan orang yang mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan prestasi. Tunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaan karena sikap ini menentukan keberhasilan.
2.                  Otak merupakan alat yang berdaya luar bias, menyediakan waktu beberapa saat setiap hari untuk memikirkan sesuatu memungkinkan terarah pada kegiatan-kegiatan yang berarti.
3.                  Sebagian manusia membatasi pikiran pada problem dan kegiatan-kegiatan sehari-hari. Gunakan imajinasi untuk meluaskan pikiran dan coba berpikir yang besar-besar. Pelaku usah yang dapat melihat image besar adalah bersifat wirausaha dan merupakan calon pemimpin bisnsi maupun masyarakat.
4.                  Humor ikut mengembangkan sikap mental yang sehat, terlalu serius dapat merugikan pekerjaan dan tidak sehat. Menunjukkan rasa humor berpengaruh pada orang lain dengan jalan menyebarkan optimisme dan suasana yang santai.
5.                  Piiran harus terorganisasi dengan baik dan mampu memusatkan pada berbagai permasalahan. Mampu memindahkan perhatian dari satu permasalahan ke permasalahan lain dengan upaya yang minim.
G.                Perilaku Positif
            Perilaku individu pada dasarnya membiarkan keadaan luar mengendalikan sika[, pelaku usaha menggunakan sikap untuk mengendalikan keadaan. Sikap positif memudahkan untuk memfokus pada kegiatan, kejadian dn atas hasil yang diinginkan. Pengalaman negatif mempunyai segi yang positif. Bersikap secara positif terhadap semua peristiwa dan mencari hikmah dari pengalaman.
            Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa ciri pokok dari wirausaha berhasil adalah kemampuan untuk mengambil keputusan dalam suasana stress. Mengelola dalam situasi stress yang terus menerus menghendaki keadaan fisik dan mental baik.
H.                Kebiasaan dan Sikap
            Perbuatan baik sulit diperoleh, tetapi sekali telah diperoleh merupakan harta yang paling utama. Eksekutif puncak telah menjadikan kebiasaan mulai bekerja pagi-pagi. Bangun dua atau tiga jam lebih dini dari orag biasa merupakan sebuah cara untuk menjadi lebih produktif, ini menghendaki usaha besar dan tidak menyenangkan. Apabila pelaku usaha dapt membentuka kebiasaan selama satu bualn setiap hari, akan menjadi kebiasaan. Menggunakan waktu dini secara produktif, membantu jika malam sebelumnya telah memutuskan bagaimana menggunakannya.  Kondisi semacam ini akan membawa kebiasaan baik lainnya.
Setelah satu bulan mempertahankan kebiasaan yang baru diperoleh, kemungkinan besar bahwa kebiasaan baik tersebut memegang peranan penting dalam prestasi masa depan.











BAB IV
RESIKO USAHA
A.      Pendahuluan
Wirausaha menyukai risiko realistik karena ingin berhasil = mendapatkan kepuasan besar dalam melaksanakan tugas yang sukar tetapi realistik dengan menerapkan ketrampilan-keterampilan yang dimiliki, sehingga risiko kecil dan risiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak terdapat pada situasi itu. Berarti wirausaha menyukai tantangan yang sukar tetapi dapat dicapai.
Semakin bertambah besarnya perusahaan, maka bertambah banyak persoalan yang akan dihadapi. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan menghendaki bahwa pelaku usaha tidak takut mengambil keputusan dan bersedia menerima resiko tertentu. Sebagian pengusaha merasa takut mengambil risiko karena ingin amandan mengelak kegagalan, tetapi semua tahap pekerjaan mengandung risiko, dimana merupakan bagian darikegiatan pelaku usaha. Wirausaha bekerja dibawah tekanan-tekanan dan kondisi pengambilan risiko danharus mengerti bahwa kemungkinan gagal selalu ada.
B.       Kondisi Berisiko
Kondisi berisiko terjadi apabila pelaku usaha supaya membuat pilihandari dua alternatif atau lebih, yang mengakibatkan hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara obyektif. Kondisi semacam ini mengandung potensi kegagalan dan keberhasilan. Semakin besar kemungkinan rugi semakin besar risiko yang dihadapi. Sebagai penentu keputusan risiko pelaku usaha harus mengambil keputusan dalam situasi penuh ketidakpastian dengan menimbang kemungkinan sukses atau rugi. Pelaku usaha dapat memilih alternatif yang “mengandung risiko” atau alternatif “konservatif” tergantung dari:
1.      Kemampuan daya tariksetiap alternatif,
2.      Kesediaan menerima kerugian,
3.      Kemampuan menerima keberhasilan dan kegagalan,
4.      Kemampuan meningkatkan keberhasilan dan mengurangi kerugian.
Contoh:
Seorang karyawan mempunyai sebuah pekerjaan yang aman, dengan gaji Rp 35.000.000,- per tahun dan mendapatkan peluang utuk promosi setiap empat tahun. Karyawan tersebut juga mendapatkan peluang untuk membeli sebuah perusahaan dagang masa depan yang tidak pasti, namun demikian gaji pemilik perusahaan sekarang adalah Rp 45.000.000,- per tahun. Perusahaan tersebut bisa jadi berhasil terus, atau mungkin malah sebaliknya akan mengalami kegagalan dalam waktu dua atau tiga tahun yang akan datang. Pilihan karyawan berada pada posisi antara tetap tinggal pada pekerjaan yang aman sebagai karyawan dengan imbalan keuangan dan karir yang pasti dan dapat diprediksi, atau mengambil risiko dengan kemungkinan mendapatkan imbalan karir dan keuangan yang lebih tinggi.
Terdapat orang yang tidak suka mengambil risiko, apapun kemungkinan keberhasilan yang akan terjadi, lebih suka pada posisi aman. Selain pada posisi itu terdapat orang lain lebih “bersemangat”, tidak puas dengan posisi sekarang dan mencari “peluang emas” supaya lebih cepat menjadi kaya. Orang-orang semacam ini cenderung dipengaruhi oleh berapa besar  jumlah imbalan yang ditawarkan, tidak memperhatikan akan kesuksesan dan belum mempertimbangkan tingkat usaha yang dikehendaki.
Faktor lain dari rancangan pelaku usaha terhadap kondisi pengambilan risiko adalah kesediaan menerima tanggung jawab pribadi atas akibat-akibat keputusan, baik yang menguntungkan maupun merugikan. Sedangkan bagi bukan pelaku usaha merasa keberatan menerima tanggung jawab atas keputusan-keputusan yang mengakibatkan kegagalan, dan menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan dengan perusahaan besar atau campur tangan pemerintah.
Ciri-ciri wirausaha saling berkaitan, terutama pada perilaku pengambilan risiko, beberapa kaitan itu antara lain:
1.      Pengambilan risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi realitas.
2.      Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri. Semakin besar keyakinan pada kemampuan sendiri, semakin besar keyakinan akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dari keputusan-keputusan, dan semakin besar kesediaan untuk mencoba apa yang dilihat orang lain sebagai risiko.
3.      Pengetahuan realistik mengenai kemampuan-kemampuan diri sendiri, realisme demikian membatasi kegiatan-kegiatan pada situasi yang dapat pengaruhi hasil.
Semua perilaku pengambilan risiko tidak sesederhan dan seobyektif apa yang digambarkan tersebut. Terdapat unsur kegairahan seseorang wirausaha terhadap ketidakpastian, dan ada dorongan untuk memastikan bahwa konsekuensi yang dihadapi penuh keberhasilan.
C.   Keputusan Risiko
Pengambilan keputasan risiko merupakan masalah yang paling utama dalam merealisasikan potensi pada diri sendiri sebagai wirausaha. Pengalaman pengambilan risiko dalam hubungan pribadi dengan anak, isteri dan tetangga akan membantu memperoleh pengalaman untuk menilai kemungkinan-kemungkinan pengambilan risiko seperlunya dan mengelakkan risiko yang kecil.
Pengambilan risiko dalam kehidupan melibatkan suatu kesadaran akan peristiwa-peristiwa masa lalu, perhatian untuk masa depan, dan keinginan untuk hidup di masa sekarang. Apabila tidak bersedia mengambil risiko, maka tidak akan pernah dapat mewujudkan bakat dan kemampuan. Pertumbuhan pribadi dan prefisional datang dari hidup dimasa sekarang dan mengambil risiko yang perlu untuk mencapai tujuan-tujuan dimasa yang akan datang.
Selaku pelaku usaha, harus sadar bahwa pertumbuhan datang dari pengambilan keuntungan peluang-peluang masa sekarang dalam kehidupan pribadi maupun bisnis dan pengambilan risiko untuk mencapai tujuan. Beberapa risiko penting adalah yang membawa belajar mengenai sesuatu yang baru tentang diri sendiri. Situasi-situasi yang mengandung risiko pribadi harus menantang kemampuan, jangan meremehkan nilai diri sendiri, karena dimungkinkan mampu mencapai lebih banyak dari yang dicapai sekarang. Pengambilan risiko merupakan bagian penting dalam pertumbuhan pribadi, dan berguna dalam menjalankan kegiatan bisnis.
Menanggung risiko pribadi atas tindakan diri sendiri mengurangi ketergantungan pada orang lain. Wirausaha merupakan orang yang bertanggung jawab, karena mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk menentukan masa depan diri sendiri. Apabila orang lain menanggung risiko atas tindakan pribadi pelaku usaha, maka berarti peranan pribadi selaku pelaku usaha atas masa depan diri sendiri sangat lemah.
Risiko timbul saat seseorang menerima tanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang dilakukan, dan atas keputusan-keputusan itulah maka bertanggung jawab mengatasi dengan keyakinan yang lebih besar untuk mengurangi risiko. Sulit memisahkan antara tujuan pribadi dengan tujuan bisnis karena perusahaan merupakan bagian dari hidup, jangan mengambil risiko yang lebih besar dari yang dapat ditanggung, hal ini merupakan peringatan karena terdapat godaan untuk mempertaruhkan semua demi suatu gagasan.
Sebagai wirausaha jangan mengambil risiko yang tidak diperlukan, usahakan dapat menguasai emosi dan mengambil risiko jika keuntungan sama atau lebih besar dari risiko yang terkandung. Kegiatan utama adalah memutuskan apakah tujuan itu cukup penting untuk dapat membenarkan risiko atau tidak. Kondisi tertentu wirausaha menggunakan intuisi dan menialai tindakan mana saja yang mengandung risiko. Intuisi akan menentukan sejauh mana risiko dan hasil yang diperoleh.
D.      Kembangkan Ide
Risiko dan kreativitas merupakan dua ciri penting wirausaha, berusaha lebih kreatif, menjadi lebih sadar akan ide yang produktif. Apabila dapat memilih dari sejumlah ide-ide yang baik, maka lebih siap mengambil risiko yang perlu untuk melaksanakan ide-ide yang paling produktif.
Semua orang bisa kreatif, jika telah mengembangkan suatu ide yang kreatif, maka risiko tertentu akan menyertai pelaksanaan, dalam mengurangi risiko ditolaknya suatu ide. Berikut ini saran untuk mengatasi hal tersebut:
1.        Utarakan ide kepada isteri atau teman, lebih baik jika mengutarakan ide terlebih dahulu sebelum ditulis.menerangkan suatu ide akan mengantar kepada suatu diskusi, akan menghasilkan suatu perbaikan. Setelah ide itu sudah menjadi pasti baru ditulis. Masih terdapat kemungkinan terjadi perubahan sebelum mencapai bentuk akhir.
2.        Pilih tempat dan waktu untuk mengemukakan ide kepada orang lain, jangan mengusulkan ide pada perusahaan sewaktu mengalami krisis. Organisasi berbeda dalam keadaan stabil sebelum ide diperkenalkan. Ketepatan waktu sangat penting dalam mengemukakan suatu ide. Pilih waktu ketika orang lain paling terbuka terhadap sesuatu yang baru.
3.        Kemukakan ide sedikit demi sedikit, pertama jaukan konsep total, seiring berjalannya waktu, dan semakin tertariknya orang pada ide, setelah iyu baru rinciannya dikemukakan.

E.       Tipe Pengambil Risiko
Pengambilan keputusan atau risiko sedikit banyak dipengaruhi oleh orang lain, pengalaman lalu, situasi sekarang dan pengharapan-pengharapan masadepan, dalam bisnis dibutuhkan berbagai tipe pengambilan risiko. Organisasi tingkat bawah dibutuhkan pekerja yang trampil dalam melaksanakan pekerjaan rutin, sehingga risikonya sedikit.
Tingkat manjemen menengah, terdapat kemungkinan lebih banyak untuk pengambilan risiko. Manajer tingkat lebih banyak mendapat kebebasan untuk inovasi dan membuat perubahan kecil dalam prosedur dan fungsi-fungsi.nposisi ini dapat dianggap sebagai pengambil risiko, tetapi dampak atas keseluruhan organisasi harus minim. Pelaku usaha yang berada pada tingkat paling atas mempunyai kemampuan untuk merumuskan dan menerapkan ide-ide kreatif. Mengantisipasi keberhasilan dalam bisnis, wirausaha diharapkan mengambil risiko dalam mewujudkan ide-ide menjadi kenyataan.
Wirausaha dapat dikatakan “praktis”, apabila orgaisasi tumbuh berdasarkan pengendalian dan pengarahan dari diri wirausaha sendiri. Wirausaha praktis berorientasi pada hasil dan mempunyai keyakinan akan ide-ide sehingga mampu menerima risiko demi terlaksananya ide, sebaliknya pelaku usaha merasa lebih praktis dalam menyadari keterbatasan dan membatasi kegiatan sampai pada aktivitas yang mampu dilaksanakan.
Pelaku usaha yang kreatif dan inovatif akan mengambil risiko yang sedang, bersedia menerima perubahan, mencoba alternatif lain dan mengembangkan inovasi untuk barang dan jasa dalam bidang bisnis baru. Pelaku usaha semacam ini menjadi tokoh dalam dunia bisnis, mempunyai ide dan mampu menemukan kombinasi antara orang dan sumber daya lain untuk mewujudkan ide.
F.       Delegasikan Wewenang
Sebagai pelaku usaha, posisi pemimpin mempunyai arti dalam mengarahkan kegiatan-kegiatan orang lain dalam mencapai tujuan perusahaan, tetapi sebaliknya sebagai individu mempunyai kemampuan yang terbatas, oleh karena itu membutuhkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi pada posisi yang lebih tinggi. Pemimpin organisasi diharapkan bersedia memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
Mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain mengandung risiko tertentu. Terdapat akibat-akibat negatif maupun positif, berarti pemimpin harus menanggung akibatnya. Pelaku usaha merupakan wirausaha yang berorientasi pada pertumbuhan harus mempunyai staf yang berorientasikan tindakan dan mampu menerima wewenag serta tanggung jawab.
Keuntungan maksimum agar dapat diperoleh, karyawan diberi wewenang dan kebebasan untuk melaksanakan tugas dari tanggung jawab. Pelaku usaha memerlukan pertolongan orang lain, tetapi seoarang pemimpin tidak mempunyai waktu untuk memonitor kegiatan secara langsung, kepercayaan kepada staf ditunjukkan oleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada penilaian usaha, setiap jawaban memberi petunjuk mengenai kesedian mengambil risiko dalam mendelegasikan wewenag dan tanggung jawab kepada orang lain dalam organisasi.
G.      Melaksanakan Perubahan
Setiap melaksanakan kegiatan harus dapat menentukan apakah ada risiko atau tidak, suatu risiko, kekuatan, posisi dan kewenangan akan mendapat tantangan. Jika diketahui terdapat risiko dalam bisnis, maka dibutuhkan kemampuan untuk meniali situasi secara realistik dan mencari pemecahan. Berani mengambil tindakan korektif yang diperlukan, walaupun mengandung risiko tertentu.
Suatu risiko jelas ada, maka diperlukan pengambilan keputusan atau justru tidak penting, apabila memutuskan mengambil risiko, maka segera melaksanakan suatu rencana pasti dan mulai mengambil tindakan. Rencana-rencana alternatif juga dirancang, karena apabila rencana utama tidak berhasil, maka alternatif memungkinkan eksibilitas bila permasalhan berubah.
Suatu rencana sudah dicanagkan kemudian dilaksanakan, sehingga jika rencana dilaksanakan maka dapat mengetahui risiko yang terkandung. Umpan balik yang diterima tidak banya, kekurangan umpan balik menciptakan keragu-raguan, setelah keputusan dilaksanakan, mempunyai ikatan penuh dengan keputusan sampai dengan masalah terpecahkan. Keyakinan dalam nenangani persoalan sangat menentukan, jika yakin serangkaian tindakan akan memecahkan persoalan, maka tindakan tersebut menentukan hasil. Mempromosikan keputusan dan memperoleh dukungan orang lain mempengaruhi suksesnya keputusan.
Kemampuan mengambil risiko pelaku usaha dipengaruhi oleh:
1.      Keyakinan diri.
2.      Kesediaan untuk menggunakan kemampuan sepenuhnya untuk mengubah keadaan.
3.      Kemampuan menilai situasi risiko secara realistis dan mengubah kesempatan atau kemungkinan.
4.      Menghadapi situasi risiko menurut tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Tindakan mengambil risiko merupakan bagian hakiki dari pelaku usaha, oleh karena itu perlu menatapkan sasaran yang tinggi untuk diri sendiri, kemudian menggunakan semua kemampuan dan bakat untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, semakin tinggi tujuan, semakin besar risiko yang akan dihadapi.
H.      Evaluasi Risiko
Keberadaan data kuantitatif sangat membantu dalam melakuakn evaluasi setiap risiko, menetapkan tujuan-tujuan dan dimungkinkan menggeneralisasikan kemajuan secara sistematis. Melalui data kuantitatif, mampu mengukur hasil-hasil yang dicapai dalam hubungan dengan ide-ide yang telah digariskan.
Data kuantitatif mendukung pengetahuan, latar belakang dan pengalaman dalam mengambil keputusan. Lakukan evaluasi kebutuhan sendiri sebelum memutuskan untuk mengambil risiko.
Proses pemeriksaan diri penting dalam mengambil risiko. Daftar pertanyaan hanya contoh dari serangkaian pertanyaan yang harus dijawab sebelummenangggung risiko. Mengambil risiko sebelum mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini dapat mengakibatkan kegagalan.
I.          Pengambilan Risiko
Perilaku pengambilan risiko kewirausahaan semakin diakui sebagai sesuatu yang penting bagi manajemen tingkat puncak. Terdapat beberapa perusahaan memiliki keinginan untuk maju memilih laki-laki atau wanita wirausaha yang berani mengambil risiko dan berinovasi, dari pada manajemen yang bersifat meneruskan dari perusahaan yang sudah ada.
Pengambilan risiko merupakan gaya perilaku dengan penuh perhitungan, merupakan suatu keterampilan yang dapat ditingkatkan. Berikut prosedur untuk menganalisis sebuah risiko yaitu:
1.      Taksiran risiko
Pertama menaksir ada tidaknya risiko yaitu apa terdapat potensi rugi dalam memilih sebuah alternatif. Misalnya, dihadapkan pada kebutuhan peningkatan produksi untuk memenuhi tambahan permintaan. Pilihannya adalah:
a.       Tetap pada tingkat permintaan sekarang
b.      Membeli peralatan lebih banyak untuk memenuhi permintaan
c.       Menyewa peralatan untuk memenuhi permintaan
d.      Mensubkontrakkan kepada produsen-produsen yang lebih kecil.
Apabila mempunyai arus kas baik, cadangan kas kuat, atau kemudahan kredit baik, dan jika permintaan dapat dipastikan meningkat pada waktu yang akan datang, maka di sini terdapat sedikit risiko di dalam memutuskan salah satu dari alternatif-alternatif, meskipun alternatif pertama akan merupakan pilihan yang tidak bijaksana untuk diambil karena mengabaikan peluang peningkatan laba.
Keadaan lain, peningkatan permintaan tidak dapat dipastikan. Misalnya: produk atu jasa bisa menjadi uang karena inovasi-inovasi dari pihak pesaing, atau lebih banyak perusahaan yang masuk dalam bidang yang sama, atau pasar sedang mendekati titik jenuh. Lebih jauh lagi, bisnis tidak mampu menginvestasi jumlah yang dikehendaki karena tidak ada kepastian apakah modal akan kembali. Kondisi ini terdapat berbagai derajat risiko, dan berkaitan dengan berbagai tingat laba potensial (sukses) untuk berbagai alternatif.
2.      Tujuan dan Sasaran
Langkah berikut adalah mempertimbangkan kebijakan-kebijakan dan sasaran-sasaran perusahaan. Sasaran-sasaran sebuah perusahaan dirumuskan: mencapai pertumbuhan secara perlahan, mantap atau tidak tumbuh atau pertumbuhan dalam bidang lain. Pelaku usaha berani memutuskan apakah risiko yang muncul itu taat azaz dengan tujuan dan sasaran perusahaan, apabila taat azaz proses pengambilan keputusan diteruskan dan lakukan penaksiran alternatif secara rinci.
3.      Teliti Alternatif
Contoh: pengembalian risiko tertentu (keputusan untuk meluaskan produksi) konsisten dengan sasaran-sasaran perusahaan, maka langkah selanjutnya mengadakan survai berbagai alternatif. Alternatif-alternatif ditentukan secara rinci sehingga semua biaya dapat ditelaah dengan obyektif. Sebagian besar biaya merupakan biaya finansial, tetapi jika ditinjau memungkinkan sebaiknya memperhitungkan ‘biaya pribadi’, sosial dan fisik. Misalnya, apakah sebuah alternatif menita usaha pribadi? Apakah kegagalan akan menjatuhkan prestise sosial? Perlumenentukan biaya keuangan dan biaya-biaya lain untuk setiap alternatif yang dapat dijalankan.
4.      Kumpulkan Informasi
Tahap selanjutnya mengumpulkan informasi secara intensif sehingga penafsiran setiap kemungkinan realistik dapat dibuat secara realistik. Ramalan pasar dibuat untuk setiap permintaaan dalam berbagai kemungkinan kondisi yang dapat terjadi. Reaksi dari pesaing ditaksir dan akibat dari reaksi diperhitungkan.
Laba yang diperoleh perusahaan untuk setiap alternatif diukur atas dasar informasi pasar, ramalan-ramalan dari permintaan masa depan, penaksiran reaksi persaingan dan berbagai ramalan lain termasuk perilaku dari yang terlibat dalam situasi ini, seperti perusahaan jasa keuangan atau produsen peralatan.
5.        Minimkan Risiko
Menentukan langkah berisikan penaksiran secara realistik tentang sejauh mana dapat mempengaruhi keadaan, mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a.       Kesadaran yang jelas tentang kemampuan dan kekuatan perusahaan.
b.      Kreativitas dalam menentukan cara mengubah keadaan (demi keuntungan).
c.       Kemampuan merencanakan taktik dan strategi untuk mewujudkan perubahan.
d.      Dorongan, energi dan antusias untuk melaksanakan strategi.
6.        Rencanakan dan Laksanakan Alternatif
Sebauh alternatif telah dipilih, susun sebuah rencana untuk pelaksanaan. Rencana memuat jadwal, rumusan tujuan yang jelas, seperangkat rencana darurat untuk hasil yang akan terjadi, dan proses umpan-balik sehingga perubahan-perubahan yang diperlukan dilaksanakan dengan segera.










BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan buku yang telah saya baca, yaitu buku Kewirausahan karangan Drs. Sukirman, SPd, SH, MM. Dapat dianalisis dengan usaha yang sekarang saya miliki dengan usaha kosmetik, dengan buku Kewirausahaan ini dapat mengetahui tentang wirausahawan, jiwa wirausaha dan juga resiko berwirausaha.
       Mendirikan  toko pakaian dengan cara memasok dagangan kepada agen atau bisnis online untuk memasrkan lebih luas produk pakaian tersebut. Berbagai produk pakaian  disediakan di “HANIK REZKI FASHION” yang biasa digunakan untuk penampilan gaya anak muda zaman sekarang yang mengikuti fashion. Tidak hanya menjual pakaian tapi juga mempersilahkan siapa saja yang berkenan menjadi resseler atau ingin dijual lagi dengan keuntangan yang sudah disepakati bersama. Jadi yang mendapatkan penghasilan juga tidak hanya sepihak tapi bisa berbagi rejeki dengan tetangga ataupun teman lainnya. saya akan menawarkan kepada pelanggan yaitu Sandang atau pakaian, karena kalau kulit dan wajah sudah terawat maka pakaian akan mengikuti dengan fashion yang mengikuti jaman, agar bisa terlihat balance atau seimbang.

A.    Masa sekarang “HANIK REZKI FASHION”
Usaha pakaian saya ini sudah mempunyai sewo toko yg berada di pinggir jalan raya yang ramai akan pengunjung untuk membeli atau sekedar melihat saja. Untuk pemasaran sudah sampai ke daerah yang lainnya karena saya juga mempunyai seorang teman yang mau menjadi reseller untuk memasarkan produk baju saya melalui media social atau yang disibut dengan online. Di jaman sekarang dengan mudah mengetahui informasi secara langsung tanpa harus melihat di toko tersebut, maka dari itu saya membuat grup WA, BBM, dan FACEBOOK sebagai sarana media penjualan yang lebih mudah dan praktis. Disamping itu saya juga menjaga keadaan toko agar tetap ramai akan pengunjung yang datang. Dengan menyetok pakaian-pakaian yang trend dijaman sekarang dengan harga yang terjangkau dengan dapat mudah menarik konsumen untuk membeli pakaian tersebut. 

A.    Masa depan “HANIK REZKI FASHION”
Semua pelaku usaha juga ingin bisnis kedepannya selalu maju dan terus berkembang secara pesat. Para usaha juga melakukan inovasi secara keinginan masyarakat agar dapat memuaskan para pelanggannya tersebut. Usaha mana yang mau gulung tikar? Pasti semua pelaku usaha tidak menginginkan hal itu terjadi terhadap bisnis pakaiannya ini, dengan pemikiran yang luas para pengusaha selalu memberikan motivasi inovasi yang disukai oleh masyarakat.

1.      Wirausahawan
Dari pengertian wirausahawan yang dipaparkan oleh Drs. Sukirman, SPd, SH, MM  yang menyatakan bahwa wirausahawan merupakan seseorang ynang bertindak membuat organisasi. Mengelola dan menentukan risiko sebuah bisnis. Nilai wirausaha yang saya miliki belum terlalu baik karena saya baru memulai untuk melaksanakan sebuah bisnis. Dalam membuat organisas diperlukan sikap mental yang kuat menghadapi tantangan bisnis yang ketat sekarang ini.pengelolaan sebuah organisasi harus sesuai dengan tujuan awal sebuah organisasi yaitu mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Untuk mendapatkan keuntungan keuntungan yang maksimal harus ada pengorbanan yang harus dikeluarkan. Misalnya pengorbanan waktu, tenaga dan uang. Sebagai seorang wirausaha harus berani mengambil semua risiko yang akan dihadapi dikemudian hari. Begitu juga saya dalam menjalankan usaha bisnis Kosmetik pasti banyak sekali risiko yang terjadi. Misalnya di toko “HANIK REZKI FASHION” ini jika ada ketidak puasan pembeli online ataupun pembeli secara langsung maka dari pihak kami akan menegaskan kembali dengan pelanggan. Karena sebelum saya memasarkan pakaian ini dari pihak kami sudah menjelaskan bahan-bahan pakain tersebut terlebih dahulu. Maka jika ada pelanggan yang kecewa dengan produk atau complain secara langsung maka dari pihak kami langsung menjelaskan kepadanya.

2.      Jiwa wirausaha
Keberhasilan pelaku usaha tergantung pada kesdiaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri, belajar tentang diri sendiri utnuk mencapai tujuan yang sesuai dengan keinginan dalam menjalani hidup. Sebagai seorang wirausaha harus bertanggung jawab atas semua keputusan yang dibuat dan berani mengambil risiko atas keputusan tersebut. Keputusan saya untuk membuat toko  berbagai pakaian juga harus mempertimbangkan semua kemungkinan yang akan terjadi, kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa bersala dari luar maupun dari dalam usaha yang sekarang yangs saya jalankan. Sebelumnya saya harus survei pasar, survei pesaing dan juga survei konsumen. Berhubungan di desa saya belum begitu banyak ada toko pakaian maka saya berkeinginan mendirikan toko pakaian di daerah saya ini, jika didesa (Desa Sokopuluhan Kec. Pucakwangi  Rt 06/01). Maka dari tiu saya muncul ide jika melakukan usaha ini. Untuk pasarannya banyak anak muda yang minat dengan pakaian ini dikarenakan banyak anak muda yang selalu mengikuti trend tersebut.
3.      Resiko usaha
Semakin bertambah besarnya organisasi atau perusahaan maka bertambah banyak persoalan yang akan dihadapi pertumbuhan dan perkembangan perusahaan mengharapkan pelaku usaha tidak takut dalam mengambil sebuah keputusan. Semua keputusan yang diambil pasti selalu mendapatkan risiko. Risiko yang diterima bisa risiko besar maupun kecil, pendirian  sebuah usaha pakaian banyak sekali risikonya. Yang pertama yaitu persaingan pasar untuk usaha baru seperti usaha pakaian  saya pastinya minim sekali untuk dipercaya, biasanya seorang perempuan mempunyai kepercayaan sendiri untuk gaya styel yang mereka inginkan.  Yang kedua persoalan harga, konsumen akan memilih harga yang lebih murah walaupun hanya berselisih “lima ratus perak”. Hal itulah yang saya pikirkan bagaimana konsumen mempunyai kepercayaan akan menggunakan produk konsumen dari HANIK REZKI FASHION, jadi saya percaya diri jika melakukan promosi. Selanjutnya yaitu risiko pelanggan yang beralih kepenjual lainnya, beralihnya konsumen ketempat lain bisa disebabkan oleh banyak faktor antara lain, yaitu harga jual ditoko usaha pakaian saya lebih sedikit mahal dibandingkan dengan toko lain. Bisa juga ada faktor ketidaksukaan dari orang lain kepada saya istilah lainya Fitnah. Orang-orang sekarang menghalalkan segala cara untuk menghancurkan usaha orang lain hanya karena faktor tidak suka.
       Sebagai seorang wirausaha harus bisa melihat peluang yang ada dimasyarakat mampu berinovasi terhadap produk yang dijual dan bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat. Dalam menjalankan usaha pakaian yang sedang saya jalani, pastinya mempunyai invosi-inovasi kedepannya.




BAB VI
PENUTUP

A.      Kesimpulan
       Seorang wirausahawan harus mempunyai jiwa kewirausawan, bertanggung jawab dalam pekerjaan yang sedang dijalani, bersikap disiplin terhadap semua yang dikerjakan. Semua itu bertujuan untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan dalam suatu organisasi. Jiwa wirausahawan mendapatkan kekuatan diperoleh dari diri sendiri bukan dari orang lain, optimisme dalam diri sendiri itu sangat berpengaruh untuk kelangsungan usaha yang sedang dijalani, tidak gampang putus asa walaupun mendapatkan kegagalan. Dalam merintis usaha pastinya ada persoalan ataupun permasalahan yang akan dihadapi oleh seorang wirausahawan.  Kegagalan harus diterima sebagai pengalaman belajar.  Wirausaha berhasil setelah mengalami kegagalan, berdasarkan dari pengalaman masa lampau membantu menyalurkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai hasil yang positi dan keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak mengenal lelah. Jika kita terus berusaha tidak gampang putus asa selalu berinovasi terhadapa usaha yang dijalani maka hasilnya akan memuaskan, karena tidak ada hasil yang menghianati usaha.

B.     Rujukan
This study aimed to analyze the impact of the employee’s performance towards the development of entrepreneurship. This study of employee performance involed variables of creativity, innovation and motivation. It analyzed the impact of creativity, innovation and motivation for the development of entrepreneurship and analyzed the impact of employee performance towards the development of entrepreneurship. The study focused on “Jenang Kudus” small scale business in Kudus regency that covered 396 firms (Department of Industry and Trade, Kudus Regency, 2010) and focused on the small scale business under the auspices of the Departement of Industry and Trade.




DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, 2008. Kewirausahaan (Kasus dan Implementasi), Penerbit Galaksi Nusindo. Semarang.
Sukirman, 2014. “Pengembangan Melalui Peningkatan Kinerja Karyawan” Page 107




Tidak ada komentar:

Posting Komentar